Penari Tradisional Sedih Kesenian Indonesia Jarang Dikenal
- istimewa
VIVA.co.id – Nilai-nilai luhur kehidupan kini seolah mulai sirna dari keseharian kita dan mengikis sebagai budaya bangsa. Berangkat dari hal itu, salah satu maestro tari tradisional, Retno Maruti, mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan seni tari sebagai salah satu medium estetika dalam merangkai cerita dan akar budaya bangsa.
Dalam mewujudkan misi itu pula, Retno bersama kelompok tari Padnecwara mengantarkan hadirnya sebuah opera tari Jawa bertajuk 'Arka Suta' di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Turut tampil mendampingi Retno Maruti dalam pementasan tersebut para penari Padnecwara, seperti Ali Marsudi, Wasi Bantolo, Yuni Swandiati, Mahesani Tunjung Setia, Hany Herlina, Nungki Kusumastuti, serta penari pria berbakat, Fajar Satriadi yang telah melanglang buana dalam dunia tari internasional.
Pria 49 tahun ini bahkan diberi kehormatan untuk dapat tampil dalam Indonesia’s Regal Heritage yang akan berlangsung di London akhir Maret nanti. Dalam kesempatan itu ia akan memperkenalkan budaya tari Tanah Air bersama 7 penari wanita lainnya di hadapan Royal Family.
“Nusantara itu luar biasa kaya. Kebudayaan Indonesia itu luar biasa tetapi kenapa jarang dikenal di Eropa. Saya pernah mengikuti International Festival di UK dan saya sedih, di sana lebih mengenal Malaysia dengan kesenian yang sama, seperti Reog, Angklung, Serampang Duabelas, dan Jaranan," ujar Fajar yang juga merupakan seorang koreografer dan sutradara itu kepada VIVA.co.id.
Lakon 'Arka Suta' mampu memukau para penonton dengan sajian pesan melalui gerak dan ekspersi tari yang menggambarkan bingkai kehidupan seorang tokoh Karna dengan kecamuk perang dengan para saudara seibunya.
Kesetiaan sosok Karna terhadap janji kepada Kunti, ibu kandungnya, membuat ia bersumpah bahwa putra Kunti tetap lima orang, entah dia atau adiknya, Arjuna yang mati dalam perang Bharatayuda. (ren)