BI Diperkirakan Pertahankan Suku Bunga Acuan
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA.co.id – Bank Indonesia diperkirakan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan, atau 7 Day Reverse Repo Rate di level 4,75 persen, seiring dengan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang relatif terbatas.
Namun, secara garis besar, situasi ini sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian.
Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede, saat berbincang dengan VIVA.co.id memprediksi, Rapat Dewan Gubernur BI akan tetap mempertahankan 7 Day Reverse Repo Rate di level 4,75 persen, sekaligus mencermati keputusan arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve).
“Ruang pelonggaran makin terbatas, meskipun keputusan The Fed tidak ada kejutan seperti sebelum-sebelumnya,” kata Josua, Jakarta, Kamis 16 Maret 2017.
Ia memandang, keputusan tersebut sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian yang membaik, tercermin dari kondisi fiskal yang terjaga. Namun, menurut Josua, laju inflasi tetap menjadi indikator utama dari dipertahankannya 7 Day Reverse Repo Rate.
“Inflasi harus diantisipasi oleh BI. Memang di Februari masih ada di target kisaran, tetapi ada gejolak harga pangan. Ini yang harus dijaga,” ujarnya.
Selain laju inflasi, gerak rupiah pun menjadi pertimbangan BI, terutama dalam menyikapi kondisi eksternal. Mulai dari perekonomian Amerika Serikat, sampai dengan kondisi geopolitik di negara-negara kawasan Eropa yang berpotensi memberikan sentimen negatif terhadap laju mata uang Garuda.
“BI harus mengantisipasi di semester pertama. Karena saya melihat, ada potensi untuk menjadi jangkar dalam menjaga pasar keuangan dan menjaga stabilitas rupiah,” jelasnya.
Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia beberapa waktu yang lalu memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 4,75 persen, dengan suku bunga deposito di level empat dan suku bunga pinjaman di level 5,5 persen.