14-03-1990: Reformis Uni Soviet Jabat Presiden Terakhir
- Reuters/Grigory Duk
VIVA.co.id – Hari ini 27 tahun silam, Kongres Rakyat Uni Soviet memilih Sekretaris Jenderal Mikhail Gorbachev sebagai presiden baru sekaligus terakhir Uni Soviet.
Ia sebagai salah satu tokoh yang berperan penting mengakhiri Perang Dingin. Atas upayanya tersebut, Gorbachev menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada 1990.
Mengutip situs History, pemilihan Gorbachev pada 1990 jauh berbeda dari "pemilihan" yang sebelumnya diselenggarakan di Negeri Tirai Besi itu.
Sejak berkuasa pada 1985, Gorbachev telah bekerja keras untuk membuka proses politik di Uni Soviet, mendorong melalui undang-undang yang dihilangkan monopoli Partai Komunis pada kekuasaan dan mendirikan Kongres Rakyat.
Rakyat Soviet sejatinya memilih anggota kongres secara rahasia. Barulah pada 1990, Gorbachev bertindak 'out of the box'. Ia mengggiring pemilihan umum secara terbuka. Tak pelak, kritikan tajam datang menghujam. Baik dari kalangan reformis maupun komunis garis keras.
Kaum reformis, seperti Boris Yeltsin, mengkritik Gorbachev karena agenda reformasi yang lamban. Di sisi lain, komunis garis keras menilai Gorbachev tak lagi berpegang teguh pada prinsip-prinsip Marxisme dan Leninisme.
Tak hanya tataran politik, Gorbachev juga mereformasi sektor ekonomi dan kebijakan luar negeri. Ia melakukan reformasi alkohol dalam upaya mengurangi tingkat alkoholisme di Rusia. Hanya saja, beberapa kebijakannya dinilai makin melemahkan ekonomi Soviet yang sudah rapuh.
Di sektor kebijakan luar negeri, Gorbachev mendukung upaya diakhirinya perlombaan senjata dengan Barat. Seiring dengan reformasi di segala bidang yang semakin membawa kemajuan, Partai Komunis Uni Soviet justru mulai kehilangan kontrol akibat kebijakan Gorbachev yang terkenal, glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi).
Namun, kepemimpinan Gorbachev hanya bertahan sekitar 1,5 tahun. Pasalnya, pada 25 Desember 1991, Uni Soviet resmi bubar dan ia mengundurkan diri sebagai presiden.