Usaha Kriya Kapal Pinisi Mampu Raup Puluhan Juta
- VIVA.co.id/Shintaloka Pradita Sicca
VIVA.co.id – Eksotika kapal pinisi memikat perhatian Endang Purnama (53) untuk menghasilkan kriya serupa kapal pinisi berbahan tembaga dengan ukuran yang mini. Ditambah dengan beragam motif nusantara kesukaannya, menjadikan kriya miniatur kapal pinisi sebagai produk andalan dari usaha kecil menengah "Batavia Irmada" miliknya.Â
Motif nusantara, di antaranya ada motif Aceh, Asmat, Dayak, Irian, dan Kalimantan. Miniatur kapal pinisi ini memiliki ukuran panjang 33 sentimeter, tinggi 31 cm, lebar 8-11 cm, dan beratnya dua kilogram. Satu set miniatur kapal pinisi ia jual seharga Rp7,5 juta.Â
Anak dari Endang, Aida Nuraida (21), mengatakan usaha ayahnya memproduksi miniatur kapal pinisi dimulai pada 2015 lalu. Hingga kini ada 10 set miniatur kapal pinisi yang diproduksi.Â
Masa produksinya memakan waktu yang cukup lama, antara 10-15 hari. Dalam menghasilkan 10 miniatur kapal pinisi ini, Aida menyebutkan modalnya sekitar Rp30 juta.Â
Selain miniatur kapal pinisi, Batavia Irmada juga memproduksi perkakas lainnya, seperti pisau surat dari bahan perak yang dijual dengan harga Rp750 ribu per buah, penjepit dasi berbahan perak Rp380 ribu, kalung choker berbahan perak Rp925 ribu. Bila dihitung, omzetnya ia katakan bisa sampai Rp70 juta.Â
"Jual masih tataran lokal. Mudahan-mudahan ke depan bisa jual keluar negeri. Sekarang ini penjualannya dititipkan di Pasar Raya, Sarinah, dan Citos (Cilandak Town Square). Belum ada galeri atau toko sendiri," ujar Aida kepada VIVA.co.id, di Jakarta, Minggu, 12 Maret 2017.Â
Saat ini, ia mengungkapkan Batavia Irmada sedang berupaya mencari pasar internasional yang dahulu sempat didapat ayahnya, di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia.Â
"Para pembeli dulu sudah hilang kontak. Dulu masih menetap di Indonesia, sekarang mereka sudah balik kampung," ungkapnya.Â
Lebih lanjut, Aida menceritakan bahwa usaha kriya tembaga ayahnya sudah dirintis sejak 1996 dengan modal sekitar Rp20-30Â juta. Miniatur kapal pinisi sebagai produk utamanya.Â
Produk yang dibuat berupa aksesoris, souvenir dari tembaga, perak, emas, logam, mutiara. Contohnya seperti tempat asbak.Â
Sayangnya, usaha ini sempat terhenti pada 2000 hingga vakum selama 15 tahun. "Vakum karena biaya tinggi," ucapnya.Â
Ia mengungkapkan usaha ayahnya kini menjadi usaha keluarga. Ia ikut berperan dalam sisi marketing, sementara di sisi produksi sang ayah masih aktif menggarap dibantu tiga karyawan.Â
"Kapal ayah sendiri yang bikin. Kalau aksesoris sama karyawan. Sejauh ini pembuatan desain mayoritas masih ayah sendiri yang tangani, karena klien lebih sering kontak ke ayah langsung," ucapnya.Â
Kini Aida merintis mencari pasar hingga taraf internasional. Keluarganya mendaftarkan diri dalam pelatihan usaha mikro, kecil, dan menengah, yang digagas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.Â
Batavia Irmada ikut serta dalam pameran bertajuk Telkom Carft Indonesia, yang digelar pada 10-12 Maret 2017 di Jakarta Convention Center. Selain itu, juga mendaftarkan dalam penjualan online di beberapa e-commerce, serta media sosial Facebook dan Instagram dengan nama akun Batavia Irmada.Â
"Seleksi pelatihan Telkom baru mulai dua bulan lalu. Pelatihan belum, tapi ikut seleksi. Pelatihan setelah pameran ini selesai. Seleksinya waktu itu kirim profil perusahaan di Telkom Craft. Kalau enggak salah diseleksi dari 1.600 UMKM yang kepilih sekitar 36 atau 26 UMKM. Itu khusus di Jakarta," ujar Aida.Â