Hyperloop Sulit Terwujud di Indonesia, Ini Sebabnya
- www.hyperloop-one.com
VIVA.co.id – Perusahaan transportasi masa depan Hyperloop Transportation Technologies (HTT) dikabarkan sudah tertarik untuk menjajaki sektor transportasi Indonesia. Bahkan, kabarnya sudah ada dua pihak yang bersedia menjadi investor untuk merealisasikan moda transportasi berbentuk kapsul, yang memiliki kecepatan hingga 1.300 kilometer per jam tersebut.
Menanggapi wacana itu, Wakil Ketua Bidang Riset dan Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Joko Setijowarno mengatakan, realisasi Hyperloop di Tanah Air masih sangat jauh dari kenyataan. Selain belum adanya kajian secara komprehensif, begitu mahalnya biaya yang dibutuhkan dalam merealisasikan Hyperloop itu dinilai sangat kontras dengan kondisi keuangan negara saat ini.
"Mahal sekali itu kan, apalagi belum dikaji. Investor hanya siap dana, padahal kajiannya juga belum ada. Penumpangnya bagaimana, harga tiketnya berapa. Maka jangan lah disamakan dengan Abu Dhabi yang uangnya banyak dan lahannya juga banyak yang kosong," kata Joko saat dihubungi VIVA.co.id, Kamis 9 Maret 2017.
Selain itu, Joko menilai, ada aspek sosial dan budaya yang harus dibenahi terlebih dahulu di masyarakat Indonesia, sebelum wacana-wacana mengenai Hyperloop itu dikemukakan.
Sebab, membangun budaya masyarakat untuk meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke moda angkutan massal, bukan lah merupakan pekerjaan mudah.
"Aspek sosial dan budaya itu salah satunya, ya masalah perilaku bertransportasi. Padahal, kebutuhan yang ada itu belum harus ke tahap Hyperloop. Karena kan enggak mudah juga membuat masyarakat agar mau jalan kaki dan pakai angkutan umum. Makanya jangan heran kalau bus-bus di daerah itu juga banyak yang belum laku," kata Joko.
Oleh karena itu, Joko menilai jika wacana terkait realisasi pembangunan moda transportasi Hyperloop itu masih sangat jauh bagi masyarakat Indonesia.
Apalagi, jika biaya pembangunannya sangat mahal, sehingga harga tiketnya ikut mahal. Sementara itu, kesadaran masyarakat untuk bertransportasi umum belum ada. Dikhawatirkan, moda transportasi super canggih dan mahal itu, malah tak mampu menjadi solusi bagi masalah transportasi.
"Biaya pembangunan 1 kilometer LRT (Light Rail Transit) saja sama kayak biaya untuk 10 koridor Bus Rapid Transit seperti TransJakarta. Apalagi biaya Hyperloop. Kalau tarifnya mahal, lalu masyarakat masih senang berkendaraan pribadi, kan enggak jadi solusi juga," kata Joko.
"Jadi sudah lah, maksimalkan saja yang sekarang ini sedang kita buat. Yang penting masyarakatnya juga disadarkan untuk mulai meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke angkutan umum. Buat apa transportasi keren-keren kalau tarifnya mahal dan masyarakat lebih tertarik naik angkutan pribadi," ujarnya. (art)