Kayu Manis RI Melimpah, Singapura yang Nikmati
- pixabay/gokalpicsan
VIVA.co.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pengelolaan hilirisasi hasil perkebunan Indonesia masih kurang optimal. Karena, selama ini tujuan ekspor produk perkebunan Indonesia masih berfokus di Singapura, dan itu masih dalam kondisi mentah.
Darmin mencontohkan kayu manis (cassiavera). Kebutuhan dunia 50 persen bisa dipenuhi oleh Indonesia. Namun, sayangnya industri kayu manis Indonesia, belum memiliki standarisasi pengolahan dengan nilai tambah yang mumpuni.
Alhasil, sebagian besar kayu manis mentah Indonesia masuk ke Singapura. Dan, kemudian negara itu mengolahnya menjadi produk bernilai tambah tinggi
"Setelah diolah di Singapura, harga naik dari yang kita jual. Ini dia peta yang perlu kita lakukan perbaikan," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta pada Kamis 2 Maret 2017.
Ia mengungkapkan, selama ini kayu manis dihasilkan oleh petani Indonesia hanya dengan menggunakan cara tradisional, menjemur dengan mengandalkan sinar matahari. Sehingga, produk jadinya tidak memiliki daya jual yang tinggi. Artinya, Indonesia sebagai produsen pun tidak mendapatkan benefit lebih dari sumber daya alam yang dimiliki.
"Paling tidak, kita harus membuat produknya bisa disimpan dulu dan tidak buru-buru dijual. Karena, produknya masih barang mentah. Area ini, diakui perlu keterlibatan perusahaan besar. Baik perusahaan perdagangan, atau industri," terangnya.
Sebagai informasi, luas areal pertanaman kayu manis di Indonesia mencapai 135 ribu hektare (ha) dengan produksi 103.594 ton. (asp)