Pemerintah Diimbau Hati-hati Beli Saham Saudi Aramco
- REUTERS/Ali Jarekji
VIVA.co.id – Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud bersama rombongannya akan mengunjungi Indonesia pada tanggal 1-9 maret 2017. Kedatangan Salman ke Indonesia merupakan bagian dari kunjungan investasi Kerajaan Arab Saudi ke sejumlah negara di Asia selama 31 hari, di antaranya, Malaysia, Indonesia, Jepang dan Tiongkok.
Kedatangan ini juga disertai dengan kabar bahwa Saudi Arabian Oil Co (Saudi Aramco), yaitu perusahaan migas asal Arab akan melepas sahamnya kepada investor global di Asia. Salah satunya Indonesia dengan pelepasan saham sebesar lima persen.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Abadi Poernomo mengatakan, Pemerintah juga harus hati-hati untuk menerima penawaran saham dari perusahaan migas asal arab. Meski menarik, pemerintah dinilai harus cermat untuk mengambil peluang tersebut.
"Jadi pertanyaannya kenapa mereka melepas sahamnya, itu harus hati-hati dan kita harus punya strategi tersendiri," ujar Abadi saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa 28 Februari 2017.
Ia mengatakan, Saudi Aramco merupakan perusahaan migas terbesar di dunia. Harga lima persen saham yang akan dilepas itu sendiri memiliki nilai sekitar US$100 miliar.
"Dalam hal ini kan, pemerintah akan mengambil oppurtunity, artinya kalau dilepaskan sahamnya, ada support, kita lihat apakah pemerintah cukup strong (untuk mengambil sahamnya)," kata dia.
Meski demikian, lanjut dia, kerja sama antara pemerintah dengan Saudi Aramco perlu dibangun, karena Saudi Aramco merupakan perusahaan yang paling besar. Bahkan, kata dia, Saudi Aramco bisa disebut lebih besar ketimbang Chevron, Total, dan perusahaan migas internasional lainnya yang selama ini kerap dikenal dunia internasional.
"Tapi, dengan adanya potensi pelepasan saham seharga US$100 miliar itu barangkali ada oppurtunity untuk dia (Saudi Aramco) bisa melakukan penambahan pembangunan kilang, itu juga bentuk positifnya," ujar dia.