Hanya Pariwisata yang Bisa Picu Perdagangan dan Investasi RI

Candi Borobudur.
Sumber :
  • REUTERS/Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto

VIVA.co.id – Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan pendapatan negara melalui devisa adalah melalui sektor pariwisata. Oleh karenanya, pengembangan sektor ini pun menjadi hal yang harus sangat diprioritaskan oleh para pemangku kebijakan.

Dukung Pariwisata Indonesia, Waketum Koordinator Kadin Sebut Stakeholders Harus Bekerja Sama

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, di antara tiga orientasi ekspor yakni perdagangan, investasi dan tourism, hanya sektor pariwisata lah yang dinilai bisa menjadi pionir, guna memicu pertumbuhan ekonomi perdagangan dan investasi di Indonesia.

"Indonesia masih sangat sulit unggul di perdagangan dan investasi, bahkan untuk mengalahkan Singapura sekali pun. Tapi kita bisa jadi destinasi utama pariwisata dunia, sekaligus tourism hub yang juga bisa ikut menumbuhkan sektor perdagangan dan investasi tersebut," kata Arief di kantornya, Jakarta, Senin 20 Februari 2017.

Ketika Pariwisata Lebih dari Sekadar Destinasi

Arief menjelaskan, tidak adanya industri terbaik dari Indonesia untuk ditampilkan di dunia internasional, membuat negara ini sulit bersaing dengan ekonomi kreatif khas Korea Selatan, industri digital Amerika, atau bahkan kedigdayaan sektor otomotif Jepang sekali pun.

"Kalau di level provinsi, Bali atau Yogya, memang ada. Tapi secara bangsa juga belum bisa digaungkan sebagai yang terbaik di tataran regional maupun global," kata Arief.

Tiket Pesawat Domestik Turun 10 Persen pada Nomen Nataru, Airlangga Ungkap untuk Dongkrak Wisata Lokal

Oleh karena itu, Arief menegaskan jika penguatan sektor pariwisata harus bisa menjadi core bisnis bagi Indonesia, agar negara ini bisa ikut bersaing dalam perekonomian global di antara negara-negara lain di dunia.

Arief pun berharap agar pemerintah bisa memprioritaskan anggaran di sektor pariwisata, termasuk dalam hal penyediaan sarana dan prasarana seperti kelayakan bandara berkelas internasional, guna memenuhi konsekuensi logisnya.

"Karena kalau kita mau jadi destinasi utama pariwisata dunia, maka kita harus punya bandara kelas internasional. Jadi untuk 10 destinasi wisata itu, wajib memiliki bandara internasional. Enggak perlu ditanya lagi nantinya karena itu adalah konsekuensi logis dari daerah-daerah yang kita jadikan prioritas tujuan wisata," ujarnya.
 

Wamenpar Ni Luh Puspa saat menginjungi Istana Panda Taman Safari Indonesia. VIVA/Muhammad AR

Jelang Liburan Nataru, Wamen Pariwisata Cek Toilet Taman Safari di Bogor

Kementerian Pariwisata memprediksi jumlah wisatawan domestik selama libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) mencapai antara 78 hingga 100 juta orang. Peningkatan wi

img_title
VIVA.co.id
24 Desember 2024