Menteri Bambang Gagal Jadi Presiden IFAD
- Kementerian Keuangan
VIVA.co.id – Mantan Perdana Menteri Togo, Gilbert Fossoun Houngbo, akhirnya resmi ditetapkan sebagai Presiden International Fund for Agricultural Development (IFAD), setelah berhasil memenangkan dua ronde dalam sidang tahunan IFAD yang berlangsung di Roma, Italia, 14-15 Februari 2017.
Huangbo berhasil mengalahkan tujuh kandidat lainnya, dengan meraup suara sebanyak 54,432 persen. Sementara posisi kedua, di duduki oleh politikus Italia, Paolo De Castro dengan perolehan suara 20,241 persen, dan ketiga dari perwakilan Indonesia, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, dengan perolehan 17,654 suara.
"Sebelumnya di ronde pertama, Huongbo meraih 39,623 persen suara, Paolo De Castro 15,088 persen, dan Bambang 15,088 persen," jelas Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Danang Rizki Ginanjar dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu malam, 15 Februari 2017.
Danang mengakui, pertarungan memperebutkan kursi kepemimpinan IFAD memang hanya didominasi oleh Italia dan Togo. Negeri Pizza itu, pada detik-detik terakhir menambah modalnya kepada IFAD, demi mendapatkan porsi suara. Padahal sebelumnya, Italia berada di peingkat ke-8 suara terbesar.
Sementara Togo, memang sejak awal sudah menjadi kuda hitam dalam pemilihan pemimpin IFAD. Terlebih, Prancis yang memiliki pengaruh kuat di kawasan Eropa maupun Afrika, justru dengan mantap menjadi juru bicara Togo selama masa kampanye berlangsung.
Pemilihan Presiden IFAD, diakui Danang, memang sangat ditentukan oleh besar kecilnya kontribusi permodalan masing-masing negara. Sampai saat ini, tercatat hanya 18 negara anggota IFAD yang memiliki lebih dari 50 persen total hak suara pemilih, dari total 176 anggota. Indonesia, pun tidak termasuk didalamnya.
Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana memandang, kans perwakilan Indonesia untuk menjadi pemimpin IFAD relatif besar. Namun apabila menilik lebih dalam, perwakilan yang dicalonkan tentu tidak dapat berjuang sendiri, dan butuh dukungan penuh negara.
"Bicara soal figur, pak Bambang punya banyak pengalaman. Pernah memegang beberapa jabatan penting di Indonesia. Negara harus bisa membantu. Pemerintah harus kompak mendukung," katanya. (ren)