16-02-1951: Uni Soviet 'Semprot' PBB
- www.gettyimages.com
VIVA.co.id – Pada 66 tahun silam, Pemimpin Uni Soviet, Josef Stalin, menyatakan protes terhadap Perserikatan Bangsa-Bangsa karena telah menjadi 'senjata perang yang agresif'.
Sikap Stalin ini bermuara pada pecahnya Perang Korea, di mana Amerika Serikat dan negara-negara anggota PBB lainnya mendukung Korea Selatan, melawan Korea Utara yang disokong Soviet dan China.
Pernyataan ini diungkapkan hanya berselang dua minggu setelah Sidang Umum PBB mengeluarkan resolusi yang mengutuk agresi China. Pernyataan Stalin membalikkan omongan PBB.
Ia justru mengatakan PBB telah mengubur moral mereka dan membawa malapetaka dengan terjadinya perpecahan di Korea.
Menurut situs History, Stalin juga memperingatkan para 'penghasut perang' di Barat atas serangan agresif mereka di Korea. Sikap agresif Barat akan melibatkan ribuan massa dalam kebohongan, menipu mereka, dan menyeret mereka semua dalam perang dunia baru.
Kemudian, dengan sangat percaya diri, Stalin meramalkan pasukan China akan menang di Perang Korea. Namun, ucapan Stalin ditanggapi dingin oleh AS. Perang Korea terjadi pada 25 Juni 1950-27 Juli 1953.
Perang ini disebut 'perang yang dimandatkan' (proxy war) antara AS dan sekutu PBB-nya dengan duet China dan Soviet. Sekutu utama Korea Selatan, selain AS, adalah Kanada, Australia, dan Inggris Raya. (ren)