Utak-atik Model Bakso Demi Omzet Puluhan Juta
- VIVA.co.id/Shintaloka Pradita Sisca
VIVA.co.id – Inovasi atau mati, begitu yang menjadi prinsip pasangan pasutri Isa Juarsa (32) dan Qorina Firkiana (32) dalam menjalankan bisnis kulinernya, Bakso Rusuk di jalan Mutiara Gading Timur, Bekasi. Hampir dua tahun bisnis ini mereka jalankan mulai sekitar Oktober 2015, dengan pendapatan yang pasang surut.
"Awal-awal buka ramai, kemudian sempat sepi, pendapatan turun. Mungkin karena ekonomi negara memang lagi enggak baik. Tapi, prinsip kami inovasi atau mati, jadi, enggak cukup beradaptasi aja," ujar Isa, yang memiliki latar belakang keluarga sebagai pengusaha, kepada VIVA.co.id, pada Rabu, 8 Februari 2017.
Inovasinya, seperti membuat kegiatan Jumat sedekah, yang diadakan setiap Jumat dalam tiga bulan, yaitu Januari-April 2016 lalu. Omzet jualan diberikan untuk warga Palestina. Ada pula sedekah Selasa yang ditujukan untuk anak yatim.
"Jumlah uang yang terkumpul saat itu saya lupa berapa. Yang pasti pendapatan hari itu disumbangkan 100 persen," ucapnya.
Jelang 2017, ia dan istri pun membuat inovasi bakso. Ada bakso mangkok, yaitu bakso dibuat ukuran besar seperti mangkok yang diisi dengan mie. Kemudian, bakso beranak, berbentuk seperti bakso mangkok, tapi diisi dengan porsi bakso komplit dengan mie dan tahu. Lalu, ada bakso jumbo, satu mangkok yang isinya bakso gede.
Inovasi bentuk bakso ini sudah berjalan sekitar dua bulan. Ia berencana dua bulan ke depan akan keluarkan inovasi bakso cinta terlarang, yang mana baksonya akan dibuat berwarna hitam.
Inovasi bakso pasutri ini telah ramai di jagat maya. Alhasil, Jumat lalu koki Indonesia yang bekerja di restoran bakso Australia menyempatkan menyambangi warung baksonya. Kemudian, pada Sabtu ada pencinta kuliner yang jauh-jauh datang dari Bengkulu sengaja untuk menjajaki kuliner bakso miliknya.
Saat ini, pun pasutri ini sudah menyiapkan inovasi lain untuk 3-6 bulanan ke depan. Menurutnya, inovasi yang membuat usahanya terlihat unik, dan akan diburu para pencinta kuliner.
Untuk harga inovasi bakso ini, dia hargai Rp30 ribu untuk masing-masing porsi bakso mangkok dan jumbo. Kalau untuk bakso beranak, ia hargai Rp50 ribu per porsi. Sementara, untuk bakso urat Rp16 ribu per porsi dan bakso standar harganya Rp12 ribu per porsi.
Omzet pada hari libur ia katakan lebih besar dibanding hari biasa, Senin-Kamis. Pada Sabtu-Minggu. "Omzet Sabtu-Minggu bisa sampai Rp12 juta-Rp16 juta.
Sedangkan, saat hari biasa, Senin sampai Kamis pendapatan bisa di bawah Rp10 juta. Apalagi 'tanggal muda' atau belum gajian, yakni di pertengahan bulan, omzet turun bisa sampai di bawah Rp7 juta. "Di awal bulan naik lagi," ungkapnya.
Modal pertama dalam memulai usaha bakso ini sekitar Rp130 juta, yang diawali olehnya dengan berjualan bakso pada umumnya. Setelah melihat minat para pembelinya, ia pun mulai berinovasi. Ia memetakan karakter pembelinya di Bekasi bahwa yang dicari adalah makanan murah, banyak, enak, unik.
Saat ini, usaha baksonya telah berdiri di jalan Mutiara Gading Timur Blok G dan Mutiara Gading Timur Blok J. Ke depan, ia berencana untuk mendirikan cabang di Jakarta dengan melihat kecenderungan karakter konsumen di sana mencari kuliner yang murah, enak, unik, dan nyaman tempatnya.
"Sekarang saya lagi belajar legalitas dan SOP-nya (standar operasional pelaksanaan). Sebetulnya usaha kuliner yang baik adalah menunya itu dapat mudah diduplikasi, dipelajari oleh orang lain. Enggak bisa cuma satu orang itu aja yang bisa mengolah," ujarnya.
Kalau tidak begitu, katanya, tidak akan bisa berkembang usahanya. Akan kesulitan saat membuka cabang.
"Namun, tentu saja setiap usaha tetap punya rahasia perusahaan dalam meracik menu, agar punya cita rasa yang beda dengan usaha serupa punya orang," ujarnya.