Data BPS Diharapkan Jadi Penopang Rupiah
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, diharapkan dapat terbatas pada awal Februari ini, sehingga mata uang RI dapat kembali menguat, seiring momentum kembali melemahnya laju dolar Paman Sam.
"Tetap cermati berbagai sentimen yang akan memengaruhi perubahan pada laju rupiah. Diperkirakan, rupiah akan bergerak dengan kisaran Rp13.358 hingga Rp13.324 per dolar AS," kata analis PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu 1 Februari 2017.
Reza menjelaskan, jelang sehari akan dirilisnya data inflasi, pergerakan rupiah cenderung berbalik melemah pada penutupan kemarin. "Namun demikian, pelemahan yang terjadi cenderung tipis, seiring sikap menahan diri pelaku pasar terhadap sentimen yang ada, terutama dari rilis inflasi tersebut," tuturnya.
Sementara itu, lanjutnya, dari sisi pergerakan laju dolar di pasar spot Asia, cenderung melemah, seiring respons negatif pelaku pasar terhadap ketidakpastian kebijakan Presiden AS Donald Trump.
"Pasar tampaknya mencoba mendiskontokan sentimen masa depan ekonomi AS, dan hubungan dagang dengan negara-negara lainnya, dengan kebijakan Trump saat ini, di mana nantinya akan berpengaruh pada ekonomi AS dan prospek mata uangnya," ujarnya.
Ditambah lagi, kata Reza, dengan perkiraan Fed Fund Rate (FFR) masih mempertahankan suku bunganya dalam rapat The Fed bulan ini. "Oleh karena minimnya sentimen itulah, yang membuat rupiah turun tipis, meski laju dolar AS juga tidak berpotensi naik," tuturnya. (asp)