Harga Komoditas Naik, RI Tingkatkan Nilai Ekspor
- REUTERS/Yusuf Ahmad
VIVA.co.id – Harga-harga sejumlah komoditas ekspor hasil industri pertambangan di tahun ini diperkirakan naik. Indikasi itu terlihat daru adanya peningkatan permintaan.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juda Agung memprediksi, kenaikan harga seluruh komoditas itu bisa mencapai 7,8 persen, dibanding tahun lalu yang hanya berkisar 4,2 persen.
"Perkiraan kita tahun lalu, sekitar 4,2 persen kenaikan harga komoditas ekspor kita. Tahun 2017 ini, kami perkirakan sekitar 7,8 persen. Angkanya beda-beda adanya, yang coal, nikel, berbeda," ujar Juda, di di sebuah hotel kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 31 Januari 2017.
Dia menjelaskan, kenaikan ini sejatinya bisa memacu peningkatan nilai ekspor Indonesia. Tentunya, pendapatan daerah-daerah penghasil komoditas batu bara, seperti Kalimantan dan Sumatera juga akan meningkat.
"Tren pengiriman dari kenaikan ekspor komoditas ini diperkirakan paling banyak ke China. Kalau komoditas China masih dominan, karena dia mau mengarahkan ke domestik ekspornya, sehingga membutuhkan natural resources dari luar negeri," ujarnya.
Selain itu, dari segi ekspor non komoditas, Juda juga memprediksi akan ada peningkatan pada ekspor mobil. Tren permintaan mobil yang meningkat dari konsumen, membuat sektor produksinya pun ikut meningkat.
"Kalau dari sisi produsen, dengan adanya perbaikan harga komoditas, maka hal itu juga akan mendorong prospek ekonomi dan prospek produksi. Karena, dengan demand yang baik akan mendorong produksi," kata Juda.
Sementara itu, untuk tujuan ekspor non komoditas, Juda memprediksi bahwa Filipina dan Timur Tengah akan menjadi tujuan yang dominan bagi sektor tersebut. "Tren non komoditas seperti mobil, ada yang ke Filipina, atau Middle East. Bahkan, produk tekstil kita ke AS itu sepertinya akan terus baik," ujarnya.