Smelter Senilai Rp6,4 Triliun Siap Beroperasi di Bantaeng

Kegiatan di dalam smelter. (Ilustrasi)
Sumber :
  • Guardian

VIVA.co.id – Kabupaten Bantaeng sedang menggagas upaya pengolahan bijih nikel dalam negeri, agar lebih bernilai guna dibanding hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah atau raw material. Meskipun tidak memiliki pertambangan nikel yang besar, tahun ini Bantaeng siap mengoperasikan dua smelter pada Februari dan Mei 2017. 

Bahlil Benarkan RI Impor Nikel di Tengah Upaya Hilirisasi RI, Begini Penjelasannya

Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah, mengatakan, dua smelter senilai Rp6,4 triliun itu sudah direncanakan pada Agustus 2013. Menurut dia, pengoperasian industri pengolahan hasil tambang tersebut terus digenjot mengingat harga nikel di pasaran diprediksi naik pada tahun ini.

"Sekarang harga nikel sudah naik. Insya Allah, dua smelter di Bantaeng itu masuk tahap pemantapan pada Februari dan Mei nanti sudah commissioning," kata Nurdin kepada VIVA.co.id, Rabu 25 Januari 2017.

Jadi Tersangka Korupsi Thomas Lembong Pernah Sindir Nikel Baterai Mobil Listrik

Nurdin mengatakan, dua smelter di Bantaeng itu dibangun oleh dua investor berbeda. Pertama yakni PT Titan Mineral Utama dengan investasi Rp4,7 triliun. Kedua, yakni PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia dengan nilai investasi Rp1,7 triliun.

"Keduanya merupakan investor dalam negeri, tapi menggandeng mitra dari China," ujarnya.

Kementerian Investasi Sebut Dunia Bergantung pada Nikel Indonesia

Menurut dia, meski Bantaeng tak memiliki lahan pertambangan yang luas, serta tak adanya tambang besar, pengoperasian dua smelter tetap bisa menguntungkan dalam hal pengolahan dan perindustrian.

Apalagi, katanya, investor tersebut memiliki tambang yang tersebar di Morowali, Kolaka, dan Bombana. "Jadi, nikel yang akan diolah tetap banyak. Tidak menutup peluang kami juga yang olah hasil bijih nikel dari seluruh tambang yang ada di Indonesia," tutur Nurdin. 

Dia menambahkan, pemerintah daerah ingin menjadikan Bantaeng sebagai klaster industri berbasis mineral terpadu, khususnya nikel. Sejalan dengan itu, Pemkab Bantaeng menyediakan lahan seluas 3.000 hektare bagi investor smelter di kawasan Bantaeng Industrial Park.

Pada pengembangan tahap I, Dewan Bantaeng Industrial Park telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan PLN untuk menjamin pasokan listrik sebesar 120-150 megawatt (MW).

Pemkab juga tengah berencana membangun pembangkit listrik tenaga gas seiring dengan pembangunan terminal gas di Bantaeng pada 2017. (art)

Ilustrasi Industri Nikel

Mengapa Negara Kaya Nikel Masih Mengimpor? Mengurai Dinamika Industri Nikel Indonesia

Indonesia, meski kaya nikel, tetap impor bijih nikel untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri, seperti limonit, serta menjaga keseimbangan pasokan dalam negeri.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024