Kadin: Indonesia Tak Usah Pusing Soal Perjanjian TPP
- Antara/Irfan Anshori
VIVA.co.id – Indonesia diminta fokus saja pada hubungan ekonomi bilateral dengan Amerika Serikat dan pakta-pakta perdagangan lainnya, seperti Regional Comprehensive Economic Partnership.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Hubungan International, Shinta Widjaja Kamdani, setelah AS menyatakan keluar dari Perjanjian Trans Pacific Partnership (TPP). Perjanjian ekonomi regional yang diperjuangkan Barack Obama itu kini tidak dianggap lagi oleh Presiden AS saat ini, Donald Trump.
"Indonesia tidak perlu lihat TPP lagi. TPP tidak akan terjadi kalau AS keluar. Jadi, enggak usah pusing soal TPP," kata Shinta kepada VIVA.co.id pada Selasa, 24 Januari 2017.
Amerika Serikat sudah secara resmi keluar dari pakta perdagangan atau TPP, yang disampaikan oleh Presiden Donald Trump pasca dilantik pada Jumat lalu.
Namun, menurut Shinta, Indonesia masih memiliki potensi untuk mengembangkan pakta perdagangan regional yang berpotensi menguntungkan, seperti RCEP yang sedang berproses. "Malah kita punya playing field yang sama, yaitu antara Indonesia dengan Vietnam, Malaysia dan negara-negara lain yang ikut TPP sebelumnya," ujarnya.
RCEP ini terdiri dari 10 negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) dan enam negara di luar ASEAN, yakni Selandia Baru, Australia, India, China, Korea Selatan, dan Jepang.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, kekuatan ekonomi 10 negara ASEAN saat ini menyumbang sekitar lima persen atau sekitar US$2,6 triliun dari total Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Kekuatan 10 negara ASEAN ditambah enam negara lainnya di RCEP menyedot kekuatan ekonomi hingga 30 persen atau sekitar US$21,6 triliun dari PDB dunia.
Kemendag juga mencatat, sampai tahun lalu, sekitar 60 persen ekspor Indonesia memang menuju 10 negara ASEAN dan enam negara mitra dagang dalam RCEP. (ren)