BEI: Pidato Trump Ganggu Kinerja Emiten RI Berutang Dolar
- REUTERS/Mike Segar
VIVA.co.id – PT Bursa Efek Indonesia memandang, Pidato Presiden terpilih Amerika Serikat ke-45 Donald Trump dalam konferensi pers perdananya telah memicu pelemahan dolar AS. Namun, imbas positifnya, mata uang rupiah justru menjadi menguat.
Menurut Direktur BEI Nicky Hogan, pidato Trump yang memicu penguatan rupiah terhadap dolar AS menjadi sentimen positif bagi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Meskipun demikian, di sisi lain, kata Nicky, penguatan dolar milik Paman Sam akan mengganggu kegiatan perdagangan internasional para emiten Indonesia yang berutang dolar AS.
"Dolar AS melemah, rupiah menguat. Kalau rupiah menguat, pengaruhnya terhadap emiten-emiten Indonesia yang mempunyai utang dolar," kata Nicky di Gedung BEI Jakarta, Jumat, 13 Januari 2017.
Namun, Nicky menyampaikan, penguatan rupiah yang menunjukkan perbaikan ekonomi Indonesia tersebut diharapkan menjadi katalis positif bagi bursa saham domestik. "Sudah dua pekan ini memang masih net sell (jual bersih). Mudah-mudahan, setelah pelantikan Trump, investor asing mulai masuk lagi," tuturnya.
Namun, saat ini, menurut data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah siang ini kembali melemah sebesar 20 poin ke level Rp13.308 per dolar AS.
Dia menyebutkan, aliran modal asing yang masuk ke pasar dalam negeri diyakini tidak akan berdampak negatif, sepanjang tetap ada perlakuan yang sama antara asing dan lokal. "Yang lebih dituju oleh bursa di tahun ini adalah mengoptimalkan transaksi. Ada target nilai rata-rata transaksi harian Rp8 triliun," ujarnya.
Lebih lanjut, Nicky menambahkan, pihaknya meyakini nilai rata-rata transaksi harian di BEI bisa lebih tinggi dibandingkan 2016 yang sebesar Rp7,5 triliun. "Tahun ini, diharapkan bisa mencapai Rp8 triliun," kata dia.
Sebelumnya, seperti dikutip dari CNBC, Kamis 12 Januari 2017, dalam konferensi persnya, Trump yang akan resmi dilantik menjadi presiden AS yang ke-45 pada 20 Januari mendatang, dalam pidatonya tidak menjelaskan secara rinci apa kebijakan yang akan diterapkannya selama memimpin AS. Hal itu, mengundang respons negatif pasar.
"Sesungguhnya pertanyaan pasar keuangan belum terjawab. Trump membuat beberapa referensi untuk membuat AS lebih besar. Tetapi, tidak ada detail pada belanja infrastruktur, reformasi perpajakan, dan prospek deregulasi kebijakan," tulis catatan pagi Westpac Strategi Global Group.Â
(asp)