Cerita Bupati Banyuwangi Geliatkan Ekonomi Daerah
- VIVA.co.id/Tudji Martudji
VIVA.co.id – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengungkap strategi yang dilakukannya dalam meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Inovasi kebijakan, menjadi salah satu langkah yang ditempuh Abdullah, untuk memajukan Banyuwangi.
“Ini semata-semata untuk meningkatkan daya saing,” ungkap Abdullah dalam sebuah diskusi di kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Jakarta, Rabu 11 Januari 2017.
Abdullah menjelaskan, langkah strategis yang dilakukannya adalah dengan melarang pembangunan pasar swalayan modern, sebelum pendapatan rata-rata di Banyuwangi berada di atas angka 25 juta. Ada alasan tersendiri di balik kebijakan tersebut.
Menurutnya, keberadaan pasar swalayan modern di desa tentu secara tidak langsung mematikan para pelaku ekonomi daerah. Abdullah memahami, hal tersebut tidak akan meningkatkan kapasitas perekonomian nasional, meskipun pada akhirnya kebijakan tersebut justru seakan menutup diri.
“Mal hanya simbol dari kemajuan sebuah kota. Tetapi, pajaknya juga tidak ke kita. Pendapatan rakyat tidak cepat, kalau pasar modern masuk,” ujarnya.
Selama memegang jabatan sebagai pemimpin Banyuwangi, Abdullah berhasil menekan angka gini rasio atau ketimpangan pendapatan menjadi 0,29, dari yang sebelumnya 0,33. Selain itu, pengangguran terbuka juga berhasil ditekan dari yang sebelumnya enam persen, menjadi 2,55 persen.
Tak sampai di situ, tingkat kemiskinan juga berhasil ditekan dari 20,09 persen, menjadi 9,17 persen. Pendapatan perkapita Banyuwangi, ditegaskan Abdullah, bahkan telah mencapai 37,53 juta per tahun, atau meningkat dari yang sebelumnya sebesar 20,8 juta per tahun.
Banyuwangi, lanjut dia, memang menempati urutan pertama dari sisi biaya hidup yang paling rendah dibandingkan dengan berbagai daerah. Meski begitu, Abdullah berhasil menekan angka inflasi di Banyuwangi, sehingga kondisi tersebut tidak memengaruhi pengeluaran masyarakat.
“PNS (Pegawai Negeri Sipil) kami boleh tunjangannya tidak sehebat Jabar (Jawa Barat). Tapi Insya Allah bahagia, karena gajinya tidak digerus inflasi tinggi,” katanya. (asp)