Sri Mulyani: Tak Perlu Pusing Dengar Pernyataan The Fed

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • ANTARA/Rosa Panggabean

VIVA.co.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku heran dengan reaksi pasar keuangan yang terkesan terombang-ambing dengan arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat. Padahal, hal itu seharusnya tidak terjadi

The Fed Diproyeksi Pangkas Suku Bunga pada Semester II, Apa Dampaknya ke RI?

“Kenapa kita pusing dengan apa yang dikatakan Gubernur The Fed (Janet Yellen). Kenapa kalau dia bicara, seluruh dunia harus menyimak,” ungkap Ani, sapaan akrab Sri Mulyani kepada seluruh jajarannya, Jakarta, Selasa 10 Januari 2017.

Menurut Ani, selama ini apa yang dikatakan para pejabat The Fed selalu memiliki ritme yang serupa. Misalnya, seperti mengungkap data ketenagakerjaan, sampai dengan data pengangguran yang dijadikan indikator Janet Yellen dalam menentukan arah kebijakan selanjutnya.

Rupiah Melemah Tertekan Keputusan The Fed

Dari data-data yang diungkap The Fed di akhir tahun lalu, arah kebijakan moneter bank sentral tahun ini memang diperkirakan akan jauh lebih agresif. Artinya, ada sinyal bahwa perekonomian negeri Paman Sam akan membaik, dan tentu memberikan implikasi terhadap perekonomian nasional.

“Tetapi, kita juga harus hati-hati. Kalau Anda lihat kalimatnya (The Fed), itu ciri-ciri bank sentral dimana-mana,” katanya.

Sri Mulyani Janjikan Insentif ke Perusahaan Peduli Perubahan Iklim

Selain itu, perlambatan perekonomian Tiongkok juga menjadi salah satu perhatian mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut. Sebab, apapun yang terjadi dengan perekonomian negeri Tirai Bambu itu, memiliki dampak besar terhadap perekonomian dunia.

“Setiap satu persen pertumbuhan ekonomi Tiongkok, harus meminta barang dan jasa di dunia. Tiga dekade terakhir, Tiongkok merupakan mesin pertumbuhan ekonomi dunia,” katanya.

Demi menangkal sentimen negatif, maka tentu perbaikan ekonomi dalam negeri menjadi perhatian utama ke depan. Ani mengatakan, setidaknya perekonomian Indonesia tidak terlalu terkena dampak dari perubahan struktur perekonomian dunia.

“Ini hanya akan bisa muncul tanpa dampak negatif, kalau ekonomi kita cukup kuat,” ujarnya. (asp)

Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta

Rupiah Perkasa ke Rp 15.352 per Dolar AS, Ini Pemicunya

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS menguat pada Selasa pagi, 17 September 2024.

img_title
VIVA.co.id
17 September 2024