Cabai Mahal, Mendag Ajak Warga Tanam Sendiri
- VIVA.co.id/Raudhatul Zannah
VIVA.co.id – Harga cabai rawit pascaTahun Baru 2017, tembus ke harga Rp100 ribu per kilogram. Itu yang terjadi di pasar tradisional Terong, Makassar.
Menteri Perdangan Enggartiasto Lukita mengatakan, tembusnya harga cabai rawit tersebut tidak menyebar merata di sejumlah daerah dan karena dipengaruhi kecenderungan curah hujan yang tinggi di daerah tersebut.
"Kalau cabe itu (Rp100ribu) cuma di satu tempat. Coba di Manado sama Gorontalo cabai rawit cuma Rp28 ribu cabe merah Rp33.500 pasar Manado di Gorontalo juga segitu. Kenapa itu terjadi di Gorontalo, curah hujannya kecil. Kalau hujan petani tidak mau potong langsung busuk," ujar Enggar di Kementerian Perdagangan Jakarta pada Rabu, 4 Januari 2016.
Kemudian, ia menyarankan masyarakat untuk mulai menanam cabai di rumah masing-masing untuk menangani keterbatasan ketersediaan. Selain itu, dirinya mengajak masyarakat untuk dapat mulai mengonsumsi jenis cabai kering sebagai alternatif dari cabai segar.
"Di negara empat musim, sudah mulai dengan cabai kering, tetapi kita terbiasa makan tahu dengan cabai segar. Kalau makan pakai cabai keringan, dirasanya enggak enak rasanya. Ini hanya kebiasaan," ucapnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan bahwa saat ini, Kemendag telah bekerja sama dengan perusahaan BUMN, yaitu PT Perusahaan Perdagangan Indonesia untuk menekan harga cabai. Saat ini, ia katakan koordinasi sudah dikomunikasikan.
"PPI sudah (komunikasikan), melakukan pembelian cabai rawit kan baru kita tugaskan PPI. Yang cukup panjang cabai merah. Sekarang, setelah dilakukan ini (kerja sama) harga cenderung menurun. Walau, masih di atas harga rata-rata ditetapkan (Rp29 ribu), tetapi yang tadinya Rp70-80 ribu sekarang tingkat Rp42 ribu dan arah tren turun," ujarnya.
Namun, persoalannya selain cuaca ketersediaan tidak tercapai merata, lantaran jalan umum daerah yang sulit dilalui. (asp)