Tanggapan JPMorgan Atas Putusnya Hubungan dengan RI
- Getty Images
VIVA.co.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani akhirnya memutus hubungan kerja sama dengan JPMorgan Chase Bank, lantaran lembaga tersebut mengeluarkan riset yang menurunkan peringkat surat utang Indonesia dari overweight menjadi underweight pada November 2016.
Riset tersebut, menurut Menkeu, tidak sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, yang jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sehingga penurunan rating yang dilakukan JPMorgan tersebut tidak sesuai dan berpontensi memengaruhi investor.
Lantas, apa tanggapan dari JPMorgan?
Dilansir dari laman Reuters, Rabu 4 Januari 2017, seorang juru bicara JPMorgan menyatakan, pihaknya masih akan tetap berbisnis di Indonesia seperti biasa. Langkah yang diambil pemerintah Indonesia, berdampak minimal pada kliennya.
Kemudian, atas masalah ini, JPMorgan berdasarkan juru bicaranya akan tetap terus bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk menyelesaikan masalah ini. "Dampak ke klien kami minimal dan kami akan berkerja dengan Kementerian Keuangan untuk selesaikan masalah ini," katanya di dalam sebuah email, Selasa waktu New York.
Sebelumnya pada 13 November 2016, dalam riset berjudul 'Trump Forces Tactical Changes' JPMorgan menurunkan peringkat (rating) surat utang negara berkembang, termasuk Indonesia dan Brasil. Keputusan ini memangkas peringkat utang Indonesia dari overweight menjadi underweight.
Menurut mereka, penurunan tingkat surat utang Indonesia dan Brasil adalah menanggapi kondisi ekonomi, usai kemenangan Donald Trump, kondisi ekonomi dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah setempat.
Selain itu, tingginya kebutuhan pembiayaan pemerintah dari sektor finansial juga menjadi perhatian, terlebih kepemilikan asing pada obligasi pemerintah masih relatif tinggi dan masih rendahnya upaya pendalaman pasar yang dilakukan, sehingga rentan pembalikan arus modal. (asp)