Pengusaha New Caledonia Andalkan Produk Kulit Asal Indonesia

Produk fashion Loumea di New Caledonia. Bahan dasarnya dibuat di Indonesia.
Sumber :
  • Dok. KJRI Noumea

VIVA.co.id – Bagi para pengusaha di New Caledonia, Indonesia merupakan salah satu pilihan utama lokasi produksi, terutama untuk produk fashion. Selain biaya produksi yang relatif murah, produsen Indonesia juga dinilai lebih terpercaya.

Kisah Srikandi RI yang Sukses Kelola Bisnis Budidaya Udang

Seorang designer muda asal Prancis, Leila Louati, mempercayakan desain aksesoris buatannya pada tangan produsen di Bali. Kerobokan Bali, dipilih menjadi tempat produksi utama hasil kreasinya.

“Seluruh produk yang dihasilkan merupakan hasil tangan industri rumahan dengan berbahan dasar kulit berkualitas dari Surabaya, Yogyakarta dan Bandung,” ujar wanita keturunan Tunisia–Prancis ini seperti dikutip dari siaran pers Konsulat Jenderal Republik Indonesia Noumea, New Caledonia.

Beri Pinjaman Rp50 Miliar, eFishery Bantu Petani Lewati COVID-19

Mulai tahun 2014, Leila mencoba mencoba peruntungannya untuk berbisnis aksesoris kreasinya sendiri dengan nama “Louméa” di New Caledonia.

Di tengah kesulitan ekonomi yang melanda wilayah seberang lautan Prancis di Pasifik Selatan ini, Leila mengaku usahanya berjalan cukup pesat. Para konsumennya datang dari kalangan wanita pekerja usia 25 hingga 60 tahun.

Mengintip Manfaat UU Cipta Kerja Dalam Mendukung Entrepreneurship

“Setiap enam bulan sekali, Loumea menghasilkan koleksi baru baik tas, clutch dan dompet. Para pelanggan bahkan sudah menghubungi saya berulang kali, memastikan mereka tidak ketinggalan produk terbaru dari Louméa,” kata Leila yang pernah bekerja selama dua tahun di Jakarta sebagai fashion designer pada perusahaan MLM fashion Prancis.

Wanita usia 27 tahun ini berminat untuk meneruskan kerja samanya dengan produsen Indonesia untuk produksi koleksinya mendatang. “Saya memiliki kepercayaan penuh terhadap produsen dan supplier saya di Indonesia. Pengalaman saya tinggal di Indonesia juga memberikan keuntungan bagi saya untuk dapat lebih mudah melakukan komunikasi dengan para pengrajin,” ucap Leila.  

Produk Louméa dihargai antara XPF 4,500 (sekitar Rp530.000) hingga XPF 28,000 (sekitar Rp 3,3 juta). Mahalnya harga jual produk Louméa dipengaruhi oleh pajak yang ditetapkan bea cukai New Caledonia.

Produk berbahan dasar kulit dibebankan pajak bea masuk setidaknya 43 persen dari harga dasar. Meskipun demikian, pasar Louméa terus berkembang hingga merambah Metropolitan Prancis dan wilayah Polinesia Prancis.

Sangat menjaga kualitas produknya menjadi kunci utama Leila untuk dapat menarik konsumen. Dengan perkembangan pasar dan peningkatan permintaan, Leila mengaku sedikit kewalahan.

“Dalam satu jenis desain, saya hanya membuat beberapa buah untuk masing-masing warna yang berbeda. Karena itu, pertambahan permintaan akan berpengaruh pada waktu pembuatan yang memang dilakukan hand-made,” katanya.

Leila menyatakan, untuk memenuhi kebutuhan pasar, Leila berencana mengunjungi Indonesia untuk menjajaki wilayah-wilayah produsen kulit dan pengrajin lainnya.

 

(ren)

Arya Setra, Pelukis Kopi asal Bandung.

Kembangkan Bisnis Petani, Pria Ini Ubah Kopi Jadi Karya Seni

Karya Seni lukis menggunakan media Kopi dilakukan Arya Setra karena ketidaksengajaan saat kopi jatuh ke kanvas lukisannya.

img_title
VIVA.co.id
21 Juni 2021