Bakteri Kini Makin Tahan Terhadap Antibiotik

Ilustrasi bakteri / Pneumonia
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Peneliti mikrobiologi University of Groningen, Belanda menemukan, bakteri kini ternyata makin tahan dengan antibiotik. Peneliti menemukan fenomena itu selama eksperimen laboratorium atas dua jenis bakteri Staphylococci. 

86 Persen Masyarakat Indonesia Simpan Antibiotik di Rumah Tanpa Resep Dokter, IDAI Ungkap Bahayanya

Dalam eksperimennya, dikutip dari laman Upi, Rabu 28 Desember 2016, peneliti mendalami satu jenis bakteri Staphylococci yang bercahaya cerah hijau karena proteinnya. Warna cerah itu menunjukkan gen yang resisten terhadap antibiotik chloramphenicol. Sedangkan bakteri Staphylococci kedua, yaitu Streptococcus pneumoniae, tanpa gen yang resisten terhadap antibiotik. 

Peneliti mencampurkan kedua bakteri itu dalam satu wadah medium yang berisi antibiotik. Kemudian yang terjadi, sel hijau pada bakteri itu mulai berkembang biak sementara sel hitam tak berubah. Setelah beberapa saat, sel hitam mulai memisah dan tumbuh, melebihi sel hijau. 

Jangan Gunakan Antibiotik Tanpa Resep Dokter!

Peneliti mengatakan, fenomena perubahan itu menunjukkan sel resisten mengambil antibiotik dan menonaktifkan antibotik tersebut. 

"Pada titik tertentu, konsentrasi dalam pertumbuhan medium turun di bawah tingkat kritis dan sel nonresisten mulai tumbuh," ujar peneliti Robin Sorg. 

Terpopuler: Alasan Antibiotik Harus Dihabiskan, Gaya Unik Julie Estelle di Akhir Tahun

Atas munculnya fenomena itu, Sorg mengaku hal itu sangat sulit rumit. Sepanjang ini, peneliti memahami hasil penggunaan antibiotik yakni lebih pada seleksi ketahanan. Namun fenomena itu menunjukkan sisi lain. 

"Kami belum bisa sepenuhnya memahami proses ini, termasuk kenapa ketahanan antibiotik bisa berkembang demikian cepat. Studi sel tunggal seperti yang kami lakukan ini membantu mengisi beberapa hal rinci tersebut," ujarnya. 

Sementara ilmuwan mengatakan, penelitian tim Belanda itu menjadi pengingat pentingnya kehati-hatian, termasuk pendekatan yang lebih konservatif dalam penggunaan antibiotik. 

"Kami tahu kita seharusnya menggunakan obat antibotik dengan bijaksana. Sebab kita mungkin perlu makin hati-hati dari yang kita pikirkan," kata Sorg.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya