CEO Disney Bantah Singgung Isu Politik AS dalam Rogue One
- starwars.com
VIVA.co.id – Sinema terbaru garapan Lucasfilm dan Disney, Rogue One: A Star Wars Story, sempat disorot sebagai film bermuatan politis terkait Pemilu Amerika Serikat tahun ini. Hal tersebut dimulai saat salah satu penulis filmnya, Chris Weitz, menulis sebuah cuitan yang multitafsir di akun Twitternya.
"Tolong catat bahwa Kekaisaran Emperor adalah film tentang organisasi supremasi yang dilawan oleh grup multikultural pimpinan seorang perempuan," ujar Weitz.
Hal tersebut jelas mengundang keributan di dunia maya. Salah satu kelompok pendukung Trump bahkan meminta agar Rogue One diboikot dengan alasan bahwa film tersebut merupakan paralel antara dunia galaksi Star Wars dan kemenangan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 beberapa waktu lalu.
Tak berapa lama setelah itu, Weitz langsung meminta maaf dan segera menghapus cuitannya tersebut. Menanggapi hal ini, Bob Iger selaku CEO Disney angkat bicara dan coba meluruskan kisruh yang kini tengah terjadi.
"Saya pikir seluruh cerita itu adalah berlebihan dan terdengar konyol," ujar Iger dilansir dari The Hollywood Reporter beberapa waktu yang lalu.
Oleh karena itu, Iger berusaha mengajak penonton untuk abai terhadap isu tersebut dan menikmati Rogue One sebagai spin-off dari sekuel Star Wars yang berada di antara linimasa Episode III: Revenge of the Sith dan Episode IV: A New Hope.
"Aku tidak bereaksi banyak pada cerita film ini secara keseluruhan. Rogue One adalah film yang mengajak kita untuk enjoy terhadap banyak hal. Ia bukan film dengan muatan politis seperti itu," tutur Iger.
Ia kembali menjelaskan bahwa Rogue One diisi oleh pemeran yang mumpuni dan mereka semua bangga dengan film tersebut. Lagi-lagi, Iger kembali menekankan bahwa spin-off sekuel Star Wars ini tak mengandung unsur politis sama sekali.
"Rogue One adalah film yang dibintangi oleh jajaran pemeran hebat. Kita semua terlibat dan bangga atas karya tersebut dan sama sekali tidak mengandung pernyataan politik sedikit pun," katanya.