Matahari Melambat, Ilmuwan Ungkap Sebabnya

Lidah api raksasa yang dilontarkan Matahari pada 19 Oktober 2012
Sumber :
  • NASA/Steele Hill

VIVA.co.id – Ilmuwan kini mengetahui, kenapa Matahari dalam dua dekade ini melambat. Setelah mendalami dokumen pengamatan Matahari, ilmuwan menemukan efek pengereman yang terjadi menjadi biang pelambatan rotasi tersebut.

Lagi Viral SPF Lip Gloss, Emang Bibir Perlu Perlindungan dari Sinar UV?

Rata-rata rotasi Matahari pada porosnya berlangsung sekali per bulan, tetapi dua dekade belakangan ini, ilmuwan menemukan bagian luar Matahari lima persen berputar lebih lambat dibanding bagian interiornya.

Ilmuwan menegaskan, meski Matahari mengalami pelambatan selama dua dekade belakangan ini, namun pusat Tata Surya itu tidak akan berhenti berputar dalam waktu dekat. 

Matahari Pagi Indonesia Deklarasi Jadi Ormas, Ahmad Muzani Ungkap Tugasnya Bantu Pemerintah Prabowo

Untuk menemukan efek pengereman itu, ilmuwan melihat data pengamatan satelit Solar Dynamics Observatory Badan Antariksa Amerika Serikat selama 3,5 tahun, melalui instrumen Imager Heliosiesmic and Magnetic. Satelit ini telah mengamati Sang Surya sejak 2010. 

Dari pengamatan itu, ilmuwan melihat ada pelambatan tajam pada tingkat rotasi pada lapisan luar 150 kilometer Matahari. Fenomena ini diyakini akibat efek pengereman foton. 

Kulit Anak Sensitif Jika Terkena Sinar Matahari, Usia Berapa Si Kecil Boleh Pakai Sunscreen?

Tim ilmuwan menunjukkan efek yang sama bertindak seperti rem pada rotasi daerah luar Matahari dan kemungkinan juga terjadi pada sekitar bintang lain di alam semesta. 

"Ini jelas pelambatan, tetapi lebih dari masa hidup Matahari selama lima miliar tahun memang telah punya pengaruh yang sangat nyata pada lapisan luar 35 ribu kilometer," jelas peneliti Institut Astronomi, University of Hawaii, Jeff Kuhn. 

Atas temuan itu, hal penting yang harus diungkap peneliti adalah bagaimana dampak pelambatan rotasi Matahari itu terhadap medan magnetik Bumi. Medan magnetik Bumi tercatat mengendalikan pelepasan jilatan api Matahari yang mempengaruhi telekomunikasi di Bumi. (asp)

Osteoporosis

2 dari 5 Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Ini Nutrisi dan Gaya Hidup yang Harus Diperhatikan

Di Indonesia, 2 dari 5 orang berisiko terkena osteoporosis, dengan 41,2 persen orang berusia di bawah 55 tahun sudah mengalami osteopenia atau kepadatan tulang menurun.

img_title
VIVA.co.id
29 Oktober 2024