Mesin Olah Sagu BPPT Siap Go Industri

Sagu beras olahan dari mesin BPPT
Sumber :
  • BPPT

VIVA.co.id – Mesin pengolah sagu menjadi beras yang merupakan inovasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi siap 'go' industri. Hari ini,  BPPT dan PT Barata Indonesia bekerja sama untuk produksi massal mesin yang diciptakan BPPT. 

Bulog Kini Langsung Diawasi Prabowo, Zulhas: Enggak Bisa Komersial Lagi

"Perjanjian kerja sama dan kontrak untuk pembuatan mesin produksi pasta ini, untuk mendukung kedaulatan pangan, terutama sagu," ujar Kepala BPPT, Unggul Priyanto dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Kamis 15 Desember 2016.

Unggul menyatakan, bicara soal pangan, Indonesia tidak hanya bisa mengandalkan beras. Sebab, dari segi konsumsi beras sebanyak 124 kilogram per kapita per tahun satu orang, dewasa ini timbul berbagai kendala. Selain itu, data penduduk setiap tahun semakin bertambah, dengan populasi kini lebih dari 250 juta jiwa. 

Daftar Harga Pangan 21 November 2024: Telur Ayam hingga Minyak Goreng Naik

Menurut Unggul, adapun kendala beras ke depan tak bisa lagi jadi andalan, karena faktor menurunnya sumber daya lahan dan air, perubahan iklim dan stagnannya produktivitas tanaman padi. 

Munculah ide BPPT menciptakan inovasi yang bisa menyulap sagu menjadi beras. 

Mentan Amran Ungkap Program Brigade Swasembada Pangan Dapat Anggaran Rp 30 T, 23 Ribu Orang Sudah Daftar

Unggul menjelaskan, kenapa sagu menjadi pilihan sebagai alternatif beras. Menurutnya, selain cadangan sagu yang melimpah. BPPT menimbang dari sisi indeks glikemiks, merupakan persentase karbohidrat menjadi gula darah. 

Indeks glikemik sagu, menurut Unggul, adalah yang paling rendah, yakni sekitar 40. Sementara itu, beras di angka 88 dan singkong indeks glikemiknya sekitar 60.

"Selain itu, karbohidrat sagu juga hampir sama dengan beras," ujar Unggul. 

Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, Eniya Listiani Dewi menyebutkan, dua inovasi mesin produksi sagu jadi beras ini sudah dipatenkan yakni, kapasitas 50 dan 120 kilogram per hari, dengan konten lokal sekitar 90 persen. 

BPPT juga sudah menciptakan dengan kapasitas produksi satu ton per hari, dengan konten lokal 50 persen yang ada di Lampung. 

"Berikutnya, kerja sama dengan PT Barata dikembangkan dari satu sampai dua ton per hari, dan semoga PT Barata bisa menambah konten lokalnya," kata Eniya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya