Deretan Enam Ancaman Siber pada 2017
VIVA.co.id – Dalam beberapa pekan terakhir, perangkat Internet of Things (IoT) dibajak untuk menutup bagian besar dari internet.
Sementara ransomware atau virus pemalak termasuk kasus tebusan yang ditargetkan dan bernilai tinggi, mulai mencapai tingkat wabah. Serangan-serangan yang sejenis ini memiliki dampak luar biasa yang tidak terbatas pada korban mereka.
Dengan berkembangnya ancaman siber selama setahun terakhir, beberapa tren telah terlihat, yaitu perkembangan jejak digital perusahaan dan individu makin menimbulkan celah penyerangan. Kemudian tren ancaman kian cerdas yang terdiri dari dua ancaman yaitu serangan otomatis kepada kelompok sasaran lebih kecil dan serangan dengan target yang lebih besar.
"Tanpa tindakan cepat, ada risiko nyata yang mengganggu kemajuan ekonomi global digital,” ujar Derek Manky, peneliti global security strategist Fortinet dalam keterangannya, Jumat 2 Desember 2016.
Berdasarkan tren tersebut, FortiGuard Labs telah menemukan enam ancaman siber pada 2017 yaitu:
Dari cerdas hingga lebih cerdas
Ancaman semakin pintar dan semakin mampu beroperasi secara mandiri. Pada 2017, Fortinet memperkirakan akan melihat malware yang dirancang 'seperti-manusia' dengan pembelajaran adaptif, berbasis keberhasilan untuk meningkatkan dampak dan efektivitas serangan.
Produsen IoT akan bertanggung jawab atas pelanggaran keamanan
Fortinet melihat konsumen, vendor dan kelompok kepentingan lainnya akan lebih banyak meminta tindakan untuk penciptaan dan penegakan standar keamanan sehingga produsen perangkat bertanggung jawab atas perilaku perangkat mereka di alam liar.
20 miliar perangkat IOT adalah mata rantai terlemah untuk menyerang komputasi awan (cloud)
Fortinet mengatakan, ke depan diperkirakan akan muncul serangan yang dirancang untuk mengeksploitasi perangkat endpoint, sehingga serangan sisi klien dapat secara efektif menargetkan dan membobol penyedia cloud.
Penyerang akan memulai konflik di kota-kota pintar
Dengan pertumbuhan otomatisasi bangunan dan sistem manajemen yang terus menerus selama setahun ke depan, mereka akan ditargetkan oleh para peretas.
Potensi gangguan sipil besar-besaran jika salah satu sistem yang terintegrasi dikompromikan dianggap cukup berat, dan cenderung menjadi sasaran bernilai tinggi untuk penjahat siber.
Ransomware hanya awal dari malware
Fortinet memperkirakan akan melihat serangan yang sangat terfokus terhadap target berprofil tinggi, seperti selebriti, tokoh politik, dan organisasi besar.
Serangan otomatis akan memperkenalkan skala ekonomi untuk ransomware yang akan memungkinkan peretas untuk memeras uang dalam jumlah kecil dari jumlah korban yang besar secara bersamaan, sehingga lebih efektif biaya, terutama dengan menargetkan perangkat IoT.
Teknologi harus menutup kesenjangan keterampilan siber
Kurangannya profesional yang terampil dalam keamanan siber berarti bahwa banyak organisasi atau negara yang ingin berpartisipasi dalam ekonomi digital global akan menghadapi risiko besar.
(mus)