2-12-1961: Fidel Castro Deklarasi Penganut Marxis-Leninisme
- Independent Journal Review.
VIVA.co.id – Pada 55 tahun silam, mendiang Pemimpin Kuba, Fidel Castro, saat itu secara terbuka menyatakan diri sebagai penganut Marxis-Leninisme. Pernyataan ini keluar setelah Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik. Apalagi, pengumuman tersebut terjadi pada saat puncak Perang Dingin.
Menurut situs History, Castro berkuasa sejak 1959 setelah memimpin revolusi yang berhasil menjatuhkan rezim diktator Presiden Fulgencio Batista. Sejak awal, AS khawatir bahwa pemikiran dan kebijakan politik Castro terlalu kekirian.
Ia menerapkan reformasi agraria, mengambilalih kepemilikan perusahaan minyak asing, dan menyita semua properti milik asing di Kuba. Castro juga menjalin hubungan diplomatik yang erat dengan Uni Soviet, di mana tak lama setelah itu bantuan ekonomi dan militer pun datang.
Pada Januari 1961, AS memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba. Pada April, terjadi invasi Teluk Babi yang bertujuan menurunkan Fidel Castro. Tapi justru naas terjadi. Ratusan pemberontak bersenjata yang dilatih oleh CIA dan militer AS, ditangkap militer Kuba.
Hal ini menjadi kemunduran diplomatik sekaligus memalukan bagi Paman Sam. Pada Desember, dalam pidatonya di stasiun televisi nasional, Castro mengumumkan menganut paham Marxis-Leninisme hingga akhir hayat.
"Saya tegaskan komunisme akan menjadi kekuatan dominan dalam peta politik Kuba. Tidak mungkin ada tiga atau empat gerakan," kata dia. Paham ini berhasil dijalankannya meski 'empunya' komunis, Uni Soviet, sudah bubar pada 25 Desember 1991.
Namun, kabar duka melanda Kuba. Pada akhir Juli 2006, Fidel Castro jatuh sakit dan menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, Raul, pada Februari 2008. Castro akhirnya menghembus nafas terakhir pada 25 November 2016 di usia ke-90 tahun.
(ren)