RI Masih Impor BBM karena Permintaan Meningkat
- Reuters
VIVA.co.id – Kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia sampai saat ini terus meningkat, seiring dengan jumlah populasi yang semakin melonjak. Meski begitu, cadangan minyak yang di simpan di kilang minyak dalam negeri sama sekali tidak mencukupi untuk mengakomodir hal tersebut.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani dalam sebuah diskusi di Aston Sentul, Bogor, Jawa Barat mengungkap alasan-alasan, kenapa sampai saat ini pemerintah terus mengambil langkah impor untuk memenuhi meningkatkan kebutuhan masyarakat akan Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Dari total lifting minyak 815 ribu barel per hari, ini tidak cukup untuk memenuhi konsumsi BBM di dalam negeri. Ujung-ujungnya impor," jelas Askolani, Sabtu 26 November 2016.
Askolani memandang, dengan kondisi penerimaan lifting minyak yang semakin menipis, ditambah dengan konsumsi minyak yang terus merangkak naik, maka langkah impor pun tidak akan terhindarkan. Apalagi, harga BBM dalam negeri pun relatif rendah.
"Vietnam itu BBM bisa di atas Rp10 ribu lho. Di kita mungkin lebih murah dari Aqua. Ini tidak bagus. Makin banyak beban impor, membebani neraca pembayaran, menekan cadangan devisa," katanya.
Maka dari itu, pemerintah saat ini terus berupaya membangun kilang minyak baru, untuk meningkatkan cadangan minyak nasional. Ini merupakan salah satu cara, untuk mengurangi ketergantungan impor minyak yang selama ini dilakukan. Di samping itu, efisiensi pun juga perlu dilakukan.
"Kalau kita membangun kilang, tidak usah lagi impor BBM. Kalau lifting bisa naik lagi, beban impor mungkin berkurang. Tapi kalau semakin kecil, tekanannya semakin nyata. Harus ada efisiensi, dan sumber alternatif lain seperti panas bumi," ujarnya.