RI Cari Peluang Ekspor Furnitur ke Pasar Non Tradisional
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengaku, saat ini pihaknya tengah membidik beberapa pasar baru yang dianggap potensial bagi Indonesia. Dia mengatakan, pasar-pasar baru itu tidak hanya yang berada di kawasan Asia maupun Eropa, namun juga hingga ke kawasan Afrika.
"Rusia dengan lima negara eks Soviet, India, Afghanistan, Iran, Afrika, itu potensial sekali, dan kami mulai masuk," kata Enggar saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis 24 November 2016.
Enggar mengatakan, sebagian komoditas unggulan Indonesia mengalami kenaikan dalam jumlah ekspor tanpa pesaing yang berarti di pasar global. "Komoditas kopi, kakao, furnitur, naik. Itu kan sesuatu yang tidak ada kompetisi, tidak ada persaingan," ujarnya.
Bahkan, dia mengklaim jika pemerintah Peru mengakui tingginya kualitas furnitur berbahan kayu buatan Indonesia.
Oleh karena itu, Enggar berjanji akan berupaya menjalin kerja sama dengan pemerintah Peru dan negara-negara lainnya, untuk membuka pasar-pasar baru yang potensial bagi Indonesia dalam rangka menaikkan volume ekspor.
"Furnitur yang berbasis kayu itu demand-nya tinggi. Negara yang relatif kecil (penduduknya) 40 juta, tapi wisatawannya 60 juta, itu Peru. Dia mengklaim itu. Lepas itu benar atau tidak, katakan lah separuhnya 20 juta," kata Enggar.
"Toyota sudah masuk (ke Peru) tapi tidak bisa langsung, karena kami belum punya perjanjian dengan mereka. Itu yang kami mau garap antara lain otomotif," ujarnya.
Sebelumnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2016 mengalami surplus sebesar US$1,21 miliar atau setara Rp16,1 triliun. Terdiri atas ekspor Oktober lalu sebesar US$12,68 miliar dan impor US$11,47 miliar.