Kemenpar Bidik 20 Juta Wisatawan pada MICE 2019
- VIVA.co.id/Syaefullah
VIVA.co.id – Kementerian Pariwisata menargetkan jumlah pengunjung wisatawan Indonesia sebesar 20 juta pada 2019. Target tersebut diharapkan 10 persen atau dua juta pengunjung bersumber dari wisatawan mancanegara yang melakukan kepentingan meeting, incentives, conferences, and event.
"MICE persentase masih kecil yang harus kita tingkatkan dibandingkan dengan Singapura," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di hotel Jayakarta pada Rabu, 23 November 2016.
Sementara, Kemenpar mencatat pada periode Januari-September 2016 jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung Indonesia sebanyak 8,3 juta orang. Sedangkan, target hingga akhir tahun ini 12 juta orang.
Sebagai gambaran pada 2015, data International Congress and Convention Association/ICCA) menempatkan Indonesia di ranking ke-43 dunia, dengan 78 meetings. Sementara, Singapore di peringkat 24 dengan 156 meetings, Thailand peringkat 27 dengan 151 meetings, dan Malaysia peringkat 35 dengan 113 meetings.
Ia menyebutkan dukungan dari pihaknya untuk tingkatkan MICE, meliputi promosi ke beberapa negara. "Saat ini untuk tingkatkan MICE kita diminta lakukan bidding negara-negara pasar," ujarnya.
Ia mencontohkan seperti menawarkan perusahaan atau asosiasi untuk melakukan program wisata ke Indonesia terkait adanya program insentif dari perusahaan/asosiasi kepada karyawan/anggotanya.
"Misalnya kita datang ke Jepang ketemu dengan Astra/Honda/Yahama untuk menawarkan pengalihan insentif tujuan wisata untuk karyawannya ke Indonesia. Ribuan lho itu mereka kirimkan karyawan yang berprestasi bertamasya tiap tahunnya. Dari pada membawa ke China, Thailand, Malaysia, bawa ke Indonesia. Itu namanya bidding," ujarnya.
Kemudian, pihaknya memberikan anggaran untuk mempromosikan destinasi MICE tiap daerah ke media-media massa. Kemenpar saat ini menyediakan anggaran sebesar US$10 juta.
"Dengan akuntabilitas yang tinggi dan bentuknya kegiatan (promosi) karena tidak dibenarkan oleh Kementerian Keuangan untuk kita berikan itu (dana bantuan) ke lembaga manapun," kata Gde Pitana.
Ia mencontohkan dengan memasang iklan di yahoo, google, baliho-baliho, ataupun dengan video promosi (tape video comercial/TVC) di televisi untuk menampilkan destinasi MICE di daerah tertentu.