AS Mundur dari TPP, Ekonomi Indonesia Tak Terpengaruh
- U-Report
VIVA.co.id – Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump telah memastikan bahwa negaranya akan mundur dari perjanjian dagang Trans Pacific Partnership (TPP). Hal ini akan dilakukan saat sudah mulai berkantor di Gedung Putih pada Januari mendatang.
Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), Winang Budoyo menilai, bahwa keputusan itu cukup mengejutkan jika benar-benar dilakukan. Namun, untuk dampaknya kepada perekonomian Indonesia diyakini tidak berpengaruh besar.
"Kalau benar ya saya merasa itu seperti layu sebelum berkembang, karena itu kan kesepakatannya belum jalan banget," kata Winang ditemui di Gedung Graha CIMB Niaga, Jakarta Selasa 22 November 2016.
Ia mengatakan, paling tidak masih ada perjanjian dagang dengan ruang lingkup yang mencakup wilayah lebih sempit seperti North American Free Trade Agreement (Nafta) dan Asian Free Trade Agreement (Afta) yang mendukung kerja sama dagang antarnegara.
"TPP itu kan skupnya saja yang lebih gede, tapi kan masih ada NAFTA ada AFTA. TPP itu gabungin semua yang pasificnya jadi satu. Kalau ini hilang ya tentu saja konsep wilayah perdagangan tetap berjalan," kata dia.
Ia mengakui upaya masyarakat dunia untuk mendorong peningkatan perdagangan antar negara yang lebih tinggi, akan sedikit melambat. "Tapi melambatnya dalam arti tidak drop sekali, karena kan masing-masing tiap area itu masih ada," ujarnya.
Ekonomi Indonesia
Sementara itu, lanjut dia, rencana mundurnya AS dari TPP tersebut tidak akan memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Sebab, RI sendiri belum mengikuti kesepakatan perdagangan tersebut.
Ia juga masih yakin bahwa Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi pada tahun depan berkisar di angka 5,1 hingga 5,2 persen. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tercapai kalau pemerintah tetap fokus ke permintaan domestik.
“Saya rasa enggak begitu pengaruh. Tapi mungkin terpengaruh kalau kita ekspornya manufaktur, karena permintaannya jadi lebih kecil.”
(mus)