Saat Bekas Pabrik Gula Kuno Diubah Jadi Panggung Seni
VIVA.co.id – Tuntas sudah aksi 70 seniman dalam mementaskan sebuah karya seni kreatif bertajuk Fabriek Fikr 2 di Pabrik Gula Colomadu pada Minggu 20 November 2016, malam. Aksi mereka berhasil membius ratusan para penonton.
Aksi ini terbilang eksentrik. Puluhan seniman memanfaatkan rongsokan yang ada di bekas pabrik gula sebagai latar atau pun piranti pendukung.
Pentas dimulai dengan cara yang tidak biasa. Para penari Papua menampilkan pertunjukan kuliner. Mereka mementaskan aksi bakar batu, di mana mereka memasak dengan batu yang dibakar.
Tidak hanya bakar batu, penari itu juga memasak menggunakan kompor gas. Lewat aksi itu mereka ingin menunjukkan sebuah perpindahan gaya hidup tradisional hingga masa modern.
Atraksi mereka tidak hanya berhenti pada memasak. Lantaran ada semacam pesta kecil yang melibatkan penonton. Hasil masak-memasak para penari dibagikan bersama. Para penonton menyantap kambing panggang dan nasi goreng, hasil racikan penari Papua itu.
Setelah 'pesta kecil', penonton disuguhi penari yang membawakan painting performance. Sebuah ruang terbuka di dalam pabrik disulap menjadi studio lukis.
Para penari wanita berambut panjang melukis bersama. Hal tak lazim dilakukan mereka. Penari berambut panjang ini menjadikan rambutnya sebagai kuas cat.
Panggung seni ini kemudian dilanjut dengan expanded sinema hasil karya dari maestro tari Sardono W Kusumo. Setelah itu ada seniman teater Tony Bruer yang menampilkan kreasinya sebagai buah aksi berkemahnya selama sepuluh hari di pabrik yang didirikan pada abad 19.
Ia melempar batu-batu ke sebuah tabung besi berukuran besar yang ditutup dengan seng. Setelah itu, ia pun menyusun batu menjadi tiga susun.
Batu-batu yang ada di pabrik itu menjadi simbol bahwa batu itu keras. Tetapi begitu disusun, batu itu bisa menunjukkan sifat yang tidak keras. Batu yang keras pun bisa ditata.
Usai Tony Bruer, pertunjukan bergeser ke panggung yang merupakan bekas gilingan tebu dengan ukuran roda gilingan yang cukup besar. Dengan iringan musik yang diputar oleh dua disc jockey. Selain DJ pria, ada satu lagi DJ perempuan yang mengenakan hijab serta bercadar.
Dengan iringan musik DJ, para penari pun langsung melakukan tari di atas roda-roda giling tebu. Tak hanya itu, semua penari yang terlibat dalam acara fabriek fikr ikut unjuk gigi menari di pangggung gilingan tebu tersebut.
Di tengah-tengah iringan musik beat tersebut, muncullah pemain pantomim kawakan asal Yogyakarta, Jemek Supardi. Ia pun berkolaborasi dengan para penari dan DJ dalam pentas tersebut. Jemek hanya muncul sekejap dalam pertunjukan itu.
Kemudian, setelah rangkaian pentas selesai, acara Fabriek Fikr ditutup dengan video mapping. Lewat video mapping ini terlihat bagian fasad dari Pabrik Gula Colomadu. Fasad dengan tembakan lampu dari video mapping menjadi sebuah sensasi tersendiri, menunjukkan keindahan dari sebuah pabrik yang sudah hampir 200 tahun ini tidak berfungsi.
Fabriek Fikr 2 merupakan sebuah pentas yang didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif dengan diinisiasi oleh maestro tari Sardono W Kusumo. Sardono menjelaskan Fabriek Fikr 2 lebih mengedepankan sebuah proses dari sebuah karya. Melalui sebuah proses, penonton diajak untuk masuk daalam sebuah imajinasi dan narasi baru.
"Imajinasi yang terbangun ini akan membangun sebuah stimulasi ruang untuk mimpinya. Mimpi ini lah yang akan terus menghidupi masyarakat untuk terus menumbuhkan kreasinya," ujar Sardono, Minggu, 20 November 2016.
Sementara itu, Deputi Infrastruktur Bekraf, Hari Santoso Sungkari, menjelaskan Fabriek Fikr sebagai sebuah medium untuk menggali gagasan dari tempat-tempat yang terabaikan. Fabriek Fikr bukan sekadar memberikan sajian seni tetapi juga bagaimana seniman berproses.
"Ini sebuah program dalam rangka revitalisasi pabrik gula menjadikannya sebagai sebuah pusat kreatif. Kami ingin terbentuk sebuah ekosistem baru antara masyarakat dengan sebuah seni gagasan. Dan melalui Fabriek Fikr, masyarakat bisa menumbuhkan imajinasi baru untuk menumbuhkan kreasi-kreasi dari seniman dan masyarakat," kata Hari.