Eksperimen Sukses, Tinja Bisa Jadi Bahan Bakar di Masa Depan
- www.theverge.com/Courtesy of WE&RF
VIVA.co.id – Peneliti Departemen Energi Pacific Northwest National Laboratory/PNNL Amerika Serikat, memberikan terobosan dalam studi pemanfaatan tinja. Tim peneliti tersebut mengumumkan telah berhasil mengubah tinja menjadi minyak mentah dan dengan demikian membuka kesempatan memanfaatkan tinja menjadi energi, atau bahan kabar di masa depan.Â
Dalam rilisnya, peneliti PNNL mengumumkan, berhasil mengembangkan cara baru untuk mengubah endapan kotoran manusia menjadi minyak mentah yang disebut biocrude.Â
Dikutip dari The Verge, Senin 7 November 2016, peneliti mengubah tinja menjadi biocrude dengan memompa kotoran itu melalui tabung bertekanan tinggi.Â
Pada eksperimennya, tim peneliti mengatakan, di dalam tabung campuran kotoran manusia itu dipanaskan dengan suhu 650 fahrenheit, atau 343,3 derajat celsius dan memeras kotoran pada tekanan 3.000 pon per inchi persegi. Teknik ini disebut pencairan hidrotermal.
Peneliti mengatakan, lemak yang berada pada air limbah proses itu membantu melumasi pengolahan tinja itu. Nah, setelah itu, hasil yang keluar dari proses pengolahan, yaitu air cair dan biocrude yang cukup menjadi minyak dengan pengolahan yang sama.
Proses pencairan hidrotermal yang dilakukan peneliti PNNL itu secara prinsip serupa dengan proses mengubah bahan organik menjadi minyak di dalam perut Bumi. Namun, teknik tim PNNL lebih efisien secara skala, maupun kecepatan prosesnya.Â
Peneliti menyebutkan, teknik mereka efisien, karena mampu mengolah 60 persen karbon dalam kotoran tersebut.
Sebelum mencoba mengolah tinja, beberapa tahun lalu tim peneliti menggunakan teknik yang sama untuk menghasilkan bahan bakar dari alga.
Eksperimen mengubah kotoran manusia menjadi energi memang sudah dilakukan beberapa tim peneliti di dunia. Misalnya, ilmuwan di Standford University, AS, pernah mencoba menciptakan baterai mikroba berbasis tinja pada 2013, dan banyak penelitian lain yang mencoba mengubah tinja menjadi metana, atau gas alam. Namun, dari semua eksperimen itu sejauh ini belum bisa terwujud.Â
Eksperimen sukses tim PNNL itu menarik perhatian perusahaan Genifuel Corporation. Perusahaan ini melisensi teknologi pengolahan itu dan kini sedang membangun fasilitas pengujian di Vancouver, Kanada. Fasilitas itu diperkirakan segera rampung pada 2018. Proyek pembangunan fasilitas skala industri ini menelan investasi kurang dari US$7 juta, atau Rp91 miliar. (asp)