BI Rate Turun, Tekanan pada Inflasi Berkurang
- Vivanews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVA.co.id – Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa dari Badan Pusat Statistik, Sasmito Hadi Wibowo, mengungkapkan penurunan suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate Bank Indonesia pada September 2016 lalu akan berdampak pada inflasi secara nasional.
"Saya kira iya, karena suku bunga kan turun. Mau enggak mau, artinya mau naikin apa-apa susah karena kan turun suku bunganya. Kayak pulsa kan turun," ujarnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa 1 November 2016.
Meski demikian, Sasmito menyatakan dampak terhadap penekanan harga sepanjang bulan Oktober lalu belum dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat. Sehingga, dampak tersebut diperkirakan akan dirasakan secara bertahap.
"Tapi juga karena di Oktober itu kecenderungannya masih kecil, sehingga pemerintah juga untuk beberapa barang melakukan penyesuaian harga seperti  listrik, gas, cukai rokok, itu dilakukan agar untuk memudahkan pengendalian," tuturnya.
Dengan demikian, masyarakat perlu bersabar untuk merasakan dampak dari penurunan suku bunga ini. Sebab, dampaknya baru dirasakan dalam jangka panjang secara bertahap.
Seperti di ketahui, Rapat Dewan Gubernur BI pada Kamis 20 Oktober 2016 lalu, telah memutuskan untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin, dari yang sebelumnya sebesar lima persen menjadi 4,75 persen.
Transmisi pelonggaran kebijakan moneter tersebut sampai dengan saat ini diakui baru menurunkan suku bunga kredit sebesar 60 basis poin dan suku bunga deposito sebesar 108 basis poin. BI berharap dengan upaya pelonggaran ini suku bunga kredit masih bisa turun 15-20 basis poin hingga akhir tahun.
(ren)