Impor Cangkul China Mengkerdilkan Kemampuan Dalam Negeri
VIVA.co.id – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Achmad Hafisz Thohir menyesalkan kebijakan pemerintahan Jokowi yang mengimpor cangkul dari China.
"Sangat mengkerdilkan kemampuan dalam negeri, sepertinya kita ini negeri yang tidak punya kemampuan apa-apa, sehingga apapun diimpor asalkan pedagang untung. Oh negeriku yang malang," ujarnya, Selasa 1 November 2016.
Dikatakannya, kebijakan impor cangkul sebagai kemunduran ekonomi di bidang industri dan perdagangan.
"Yang jelas ini pembodohan kepada industri nasional. Ini menunjukkan kepada kita semua bahwa pemerintahan Jokowi tak berpihak pada industri lokal meskipun produk yang berteknologi sangat rendah seperti cangkul tersebut," ujar Hafisz.
Selain itu, lanjutnya, kebijakan ini juga menunjukkan bahwa pemerintah tidak serius mendorong kemandirian ekonomi bangsanya.
"Karena ternyata 260 juta rakyat Indonesia ini hanya menjadi pasar produk China saja. Mestinya pasar yang besar ini (260 juta manusia) seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai suatu kekuatan ekonomi yang mandiri seperti pasar China yang sempat tertutup pada tahun sebelum 1991 yang lalu, namun China bisa menciptakan pasar sendiri meski diembargo Amerika," kata politisi PAN ini.
Namun, saat ditanya apa yang salah dengan kebijakan impor cangkul tersebut, Hafisz menegaskan bahwa tim ekonomi Jokowi kurang mumpuni.
"Masa yang remeh temeh seperti itu harus import. Padahal kita sedang defisit neraca perdagangan, mestinya hemat devisa, paksa BUMN membuat peralatan industri sendiri. Dengan demikian produk lokal akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan mau kita jadi sasaran kebanjiran barang produk China apalagi kalau hanya sekedar cangkul?," katanya.
Seperti diketahui, salah satu BUMN yakni PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) melakukan impor cangkul dari China atas persetujuan Kemendag. (webtorial)