Inovasi Kopi Bambu Kebumen ini Kalahkan Racikan Kafe
- VIVA.co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id – Bagi Yuri Dulloh, sensasi minum kopi sehat dan nikmat tak harus berbiaya mahal. Lewat inovasinya, pria asal Kebumen, Jawa Tengah ini mampu menciptakan alat racikan kopi unik yang tak kalah dari sajian kopi standar kafe.
Inovasi tradisional Yuri ini bernama Kopi Bambu Bergaya Kebumen. Kopi racikan warga Pucangan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen itu menggunakan media bambu sebagai alatnya. Sejumlah macam rasa kopi pun tercipta dari tangan dingin olahannya.
Lalu bagaimana bambu itu bisa menjadi alat penyaji kopi?
Yuri rupanya menyulap bambu atau dalam istilah Jawa disebut bumbung menjadi piranti utama penyaring ampas kopi. Bambu dipotong beberapa sentimeter sesuai bentuk gelas belimbing. Saking uniknya, saringan kopi dari bumbung itu bisa menjadi pengganti alat espresso.
Alat espresso ini tentu tak asing bagi pecinta kopi di kafe besar. Sebab melalui espresso, aneka jenis minuman kopi tersaji. Seperti olahan moccachino, cappuchino, caffe late, dan jenis olahan kopi lainnya.
Harga alat espresso sendiri ditaksir mencapai Rp4 juta hingga Rp50 juta, dan harga jual segelas kopi espresso mencapai Rp20 ribu-Rp50 ribu. Tentu sangat mahal.
Tapi melalui kopi bambu ciptaannya, Yuri mampu mengubah paradigma bahwa untuk mendapatkan kopi standar alat espresso, orang harus merogoh kocek tebal.
"Inovasi saya bagaimana menawarkan kopi yang tak kalah dengan standar kafe. Dengan alat sederhana yakni bambu orang bisa bikin kopi late, moccachino, Americano dan lainnya. Biasanya orang dapat itu lewat espresso, tapi ini dengan sepotong bambu," katanya kepada VIVA co.id, Sabtu, 29 Oktober 2016.
Yuri menjelaskannya cukup sederhana cara menyajikan aneka rasa kopi bambu itu. Potongan sekat bambu dibuat mirip gelas dan hanya harus diberi lubang kecil untuk menyaring ampas kopi.
Berdasarkan uji cobanya selama ini, segala jenis kopi yang disaring dengan bambu itu akan memiliki rasa yang khas. Sedikit aroma bambu akan membuat aroma kopi lebih terjaga.
"Kopinya bisa sesuai selera. Memang prosesnya untuk mendapatkan satu gelas kopi bambu ini lumayan lama, antara lima sampai sepuluh menit, " ujar pria 37 tahun itu.
Uniknya, kopi hasil saringan bambu itu akan memiliki warna kuning keemasan hingga muncul buih khas espresso. Setelah itu, kopi bisa disajikan sesuai selera, baik dengan menambah gula maupun cream atau susu.
"Saya bisa jamin rasa yang tidak ada di espresso akan ditemukan di sini. Karena tingkat originalitas kopinya terasa. Orang menyangka yang saya buat adalah kopi late yang pakai susu, padahal ini hanya kopi," katanya.
Yuri telah membuat kopi bambu sejak 2011 lalu. Yuri beralasan menggunakan bambu karena tanaman tersebut banyak tumbuh di Kebumen. Melalui bambu juga Yuri juga mampu memberdayakan masyarakat sekitar.
"Agar menarik dan elegan kita minta warga membuat pernak-pernik. Seperti, kulit bambu dibubut hingga halus serta diberi ornamen gambar dan tulisan, " katanya.
Bagi pembeli yang ingin mendapatkan kopi bumbung buatannya, harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Hanya Rp60 ribu, sudah termasuk satu sachet kopi Kebumen yang punya cita rasa oke jika diolah menjadi espresso.
Tantangan Besar
Usaha Yuri menciptakan alat sederhana dan layak jual ini rupanya tak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Pria yang telah menekuni industri kopi di usia muda itu banyak mendapatkan rintangan cemoohan.
"Orang tidak percaya kalau kopi di kawasan pesisir itu akan bagus. Tapi setelah saya buktikan justru malah cepat berbuah dan produktif. Niat saya hanya ingin mengenalkan kopi khas Kebumen, " ujar sarjana pariwisata di Yogyakarta itu.
Setelah terbiasa menanam aneka kopi di pesisir, Yuri kemudian mulai memperkanalkan inovasi kopi bambu ciptaannya di kafe-kafe sejumlah kota. Meski ribuan kali ditolak, namun kini inovasi itu banyak dipakai orang. Melalui komunitasnya Yuam Roasted Coffe Kebumen, Yuri kerap memberikan workshop tentang kopi inovasinya di sejumlah forum pecinta kopi.
Saat ini alat inovasinya sudah diminati banyak barista yang dijual langsung maupun online. Beberapa cafe seperti di Kota Magelang, Jogjakarta, Bandung sudah membuktikan inovasi Yuri. Hebatnya, Yuri juga mendapatkan pesanan dari luar negeri seperti India, Jerman, Tiongkok, dan Singapura.
Hak paten
Inovasi kreatif Yuri pun mendapatkan sambutan baik dari pemerintah. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah kini mulai mensosialisasikan secara masif karya warga asli Kebumen itu.
Selain melakukan pendampingan, Balitbang juga masih dalam proses mendaftarkan inovasi Yuri agar mendapatkan hak atas kekayaan intelektual, baik nasional maupun internasional.
"Ini inovasi masyarakat dan sangat besar kegunaannya. Selain murah, mudah, cepat juga sangat unik. Maka kita akan fasilitasi agar kekayaan intelektualnya terlindungi, " kata Kepala Balitbang Jateng, Tegoeh Wynarno Haroeno.
Menurut Tegoeh, inovasi Yuri dengan memilih bahan bambu sebagai alat meracik kopi rupanya juga telah memperhatikan unsur medis. Ada penelitian yang menyatakan bahwa unsur bambu bisa mengurai karbohidrat dan mampu menyerap glukosa.
“Jadi, kopi yang dihasilkan dari bumbung ini, pasti kadar glukosanya minim. Otomatis karbohidrat akan terurai serta menjadi kopi rendah kalori, " jelasnya.
(ren)