Gandeng Perguruan Tinggi, BI Rancang Kurikulum Syariah
- Reuters/Iqro Rinaldi
VIVA.co.id – Pemahaman terkait dengan keuangan syariah akan ditekankan demi meningkatkan literasi keuangan syariah yang saat ini masih rendah. Berangkat dari hal itu, Bank Indonesia mendorong berbagai terobosan melalui edukasi kepada perguruan tinggi hingga level pesantren
Deputi Gubernur BI, Hendar menyatakan, pihaknya melakukan kerja sama dengan kementerian terkait untuk melakukan edukasi keuangan syariah yang tepat guna. Kerja sama juga dilakukan dengan 17 pesantren di Jawa Timur, dan beberapa perguruan tinggi terkemuka di Jawa Timur, seperti Universitas Airlangga dan Universitas Brawijaya.Â
"Kita bekerja sama dengan kementerian pendidikan, kementerian agama, untuk membuat semacam modul, salah satu yang sudah kita garap adalah modul untuk fakultas ekonomi perguruan tinggi," kata Hendar di Surabaya, Rabu 26 Oktober 2016.Â
Menurutnya, rendahnya literasi keuangan syariah disebabkan oleh pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang masih rendah terhadap produk dan akad keuangan syariah yang banyak menggunakan istilah-istilah Arab. Keterbatasan sumber daya manusia yang memahami keuangan syariah hingga terbatasnya sarana edukasi keuangan syariah pun menjadi kendala tersendiri.
"Di sini, dibutuhkan sumber-sumber edukasi keuangan syariah yang inspiratif dan implementatif, " kata dia.Â
Hendar menambahkan, sebetulnya sektor ekonomi syariah nasional masih mengirimkan sinyal positif di tengah lesunya ekonomi global. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Indonesia masuk dalam top five negara di dunia untuk Islamic clothing dan fashion dengan total spending sebesar US$12,7 miliar.Â
Tak hanya itu, Indonesia juga masuk dalam top 10 negara di dunia untuk pasar keuangan dan perbankan syariah dengan total aset US$21,7 miliar, Indonesia juga masuk top 10 negara di dunia untuk Islamic travel dengan total spending US$7,5 miliar, top 10 negara di dunia untuk media dan recreation market dengan total spending US$7,5 miliar, serta top lima negara di dunia untuk kosmetik atau farmasi syariah dengan total spending US$4,8 miliar.Â
"Industri yang  berbeda tentu membutuhkan produk dan akad yang berbeda. Di sinilah peluang inovasi produk dan akad syariah untuk mengubah peluang menjadi kenyataan," tutur dia. (asp)