Komisi VII Ragukan Kebijakan Presiden Soal BBM Satu Harga
- VIVA.co.id/Ririn Aprilia
VIVA.co.id – Anggota Komisi VII DPR RI Eni Maulani Saragih meragukan kebijakan Presiden Joko Widodo soal bahan bakar minyak (BBM) satu harga di seluruh Indonesia.
Eni memperkirakan, kebijakan itu hanya bisa bertahan hingga 2-10 tahun ke depannya. Terlebih selama ini PT Pertamina kerap menaikkan harga BBM sebagai upaya mencegah kerugian perusahaan pelat merah tersebut.
“Kita mendukung semua (kebijakan itu), dan kita lihat saja ujian setahun kebijakan itu. Apakah bisa berjalan lancar? Kita tunggu saja. Karena yang menjadi persoalan, apa ini bisa bertahan hingga 2-10 dan seterusnya. Apalagi kan kita sering dengar Pertamina mengaku rugi sehingga harga BBM dinaikan. Ini yang harus diantisipasi oleh pemerintah, jangan sampai tidak sehat bagi bisnis Pertamina itu sendiri. Kita tak ingin ini terjadi, kemudian harga BBM di Papua mahal lagi," ujar Eni di gedung DPR RI, Rabu 26 Oktober 2016.
Untuk itu, politisi Golkar meminta PT Pertamina berusaha untuk terus menyamakan harga BBM di Papua dengan di Jawa. Jangan sampai kebijakan Presiden Jokowi itu dianulir lagi beberapa bulan ke depan sehingga ada kesan kebijakan pemerintah itu hanya sebatas pencitraan belaka.
“Makanya kita meminta pada pemerintah atau Pertamina mencari strategi jitu agar benar-benar kebijakan ini terus berjalan, dan jangan dianulir lagi. Karena bisa saja dianulir karena alasan bisnis di Pertamina tidak mengalami pertumbuhan,” kata Eni.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo Selasa 18 Oktober 2016 lalu meresmikan program BBM Satu Harga di seluruh Indonesia agar berkeadilan di Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua.
Pada kesempatan itu, Jokowi memerintahkan bawahannya bahwa harga premium dan solar di Jawa Rp6.450/liter dan Rp5.150/liter, sehingga warga Papua hingga di pelosok-pelosok juga harus bisa membeli dengan harga yang sama.
Harga BBM selama ini di daerah pegunungan Papua sangat mahal sekitar Rp60.000-100.000/liter. Hal tersebut membuat pertumbuhan ekonomi Papua dan sekitarnya lambat bergerak menuju berkemajuan seperti yang diinginkan Presiden Jokowi sebagaimana termuat dalam Nawa Cita.
Dari keputusan Jokowi itu dinilai bukan hanya menguntungkan masyarakat Papua. Juga PT PLN (Persero) juga ikut diuntungkan karena biaya angkut solar untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) juga bisa jadi lebih murah dari harga sebelumnya. (webtorial)