Mengenal Kain Batik dan Tenun Kediri
VIVA.co.id – Sejarah kain di Indonesia lebih panjang dari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi berbicara tentang sejarah kain di kota Kediri, yang merupakan salah satu kerajaan tertua dengan kekayaan sejarahnya.
Periode masa pemerintahan Kerajaan Kediri pada abad 11-13 Masehi meninggalkan jejak peradaban yang tidak sedikit. Seorang sejarawan asal Belanda, Gerrit Pieter Rouffaer yang melakukan penelitian kain di Indonesia pada tahun 1860-1928 mengatakan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-13 di Kediri, Jawa Timur.
Rouffer menyimpulkan bahwa pola seperti gringsing hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga dia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Adapun detail ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca Dewi Kebijaksanaan dari Jawa Timur abad ke-13.
Sementara itu, sumber literatur sejarah tenun ikat di kota Kediri hampir tidak ada, padahal industri rumahan ini sekarang berkembang pesat dan berpusat di Kelurahan Bandar Kidul, Kediri, Jawa Timur. Semakin ke sini, perkembangan tersebut lebih signifikan, di mana terdapat 12 usaha rumah tenun ikat yang mempekerjakan sekitar 400 karyawan.
"Para pengrajin di kelurahan Bandar Kidul memiliki keahlian masing-masing, yang mencerminkan 14 tahapan dalam proses pembuatan kain tenun tradisional dengan alat tenun bukan mesin (ATBM)," ujar istri Wali Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar saat ditemui di Jakarta Fashion Week 2017 di kawasan Jakarta Pusat, Selasa, 25 Oktober 2016.
Menurut dia, sedikitnya ada tujuh motif utama yang dimiliki oleh tenun ikat Bandar Kidul, seperti ceplok, loong, tirto tirjo, corak garis miring, salur, rang rang dan gelombang. Dia menuturkan, perkembangan industri rumahan tenun ikat Bandar Kidul juga tidak lepas dari bantuan banyak pihak.
"Sementara untuk batik kota Kediri juga tak kalah menarik, di mana terinspirasi dari makanan, flora, tarian dan alam," ujarnya.