Bank Indonesia Beri Sinyal Kembali Turunkan Suku Bunga
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA.co.id – Bank Indonesia sejak awal tahun hingga Oktober 2016 telah melonggarkan kebijakan moneternya dengan menurunkan tingkat suku bunga acuan sebanyak enam kali. Hal itu dilakukan dalam rangka memberikan stimulus terhadap perekonomian nasional.
Lantas, apakah bank sentral akan kembali memperlonggar kebijakan moneternya pada Rapat Dewan Gubernur bulan depan?
"Posisi kami sekarang adalah bias (fleksibel) longgar. Jadi bias longgar atau bias easing (longgar)," jelas Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di Kementerian Keuangan Jakarta, Senin 24 Oktober 2016.
Agus menjelaskan, pengetatan kebijakan bank sentral yang dilakukan bulan lalu, murni karena likuiditas perbankan yang sedikit menurun, karena adanya pembayaran tarif tebusan dari program kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty.
Namun saat ini, posisi likuiditas perbankan dalam posisi aman. Agus mengatakan, jumlah dana yang ditempatkan di perbankan dalam negeri dalam bentuk operasi moneter ada di atas Rp300 triliun. Meski begitu, Agus tetap menggaris bawahi beberapa poin.
Poin utama adalah data-data yang tersedia, yang akan digunakan bank sentral sebagai acuan dalam menentukan arah kebijakan moneter ke depan. Mulai dari perkembangan ekonomi global, sampai dengan perekonomian dalam negeri.
"Sekarang FFR (Fed Fund Rate) tidak naik. Kondisi inflasi, transaksi berjalan, nilai tukar, dan hasil tax amnesty," katanya.
Meskipun bank sentral membuka peluang untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga bukan depan, mantan Menteri Keuangan itu menegaskan, data-data tersebut akan tetap menjadi pertimbangan utama dalam RDG.
"Kalau bulan depan, kami akan lihat data," tegas dia.