Peretas 'Hajar' Internet Amerika Serikat, Siapa Dalangnya?

Peta internet of things yang dibuat Shodan
Sumber :
  • Metro.co

VIVA.co.id – Peretas beraksi kembali dengan membanjiri serangan ke perusahaan penyedia layanan internet, Dyn. Serangan tersebut berdampak pada klien Dyn yang beberapa di antaranya merupakan situs dan penyedia layanan yang populer bagi pengguna internet di dunia itu. 

Serangan peretas itu membuat layanan Twitter, Reddit, Spotify, SounCloud dan lainnya sempat mengalami masalah. Serangan itu juga membuat pengguna internet tak bisa mengakses beberapa situs populer seperti Mashable, CNN, New York Times, Wall Street Journal, Yelp dan beberapa bisnis yang dikelola Amazon.com

Dikutip dari International Business Times, Sabtu 22 Oktober 2016, Dyn mengaku sempat kewalahan dengan serangan peretas tersebut. 

Sebab peretas sempat memulihkan layanan yang dihajar tersebut, namun beberapa jam setelahnya, peretas menghajar Dyn lagi. Tak pelak, serangan berulang itu membuat para insinyur Dyn bekerja keras merebut kendali untuk mengurangi dampak buruk serangan. 

Belakangan para pakar keamanan internet menduga serangan yang dilancarkan berjenis Distributed Denial of Services (DDoS). Pada serangan ini, peretas membanjiri target dengan banyak trafik sampah sampai server target runtuh. 

Dyn menyebutkan, serangan pertama melanda sistem infrastruktur Managed DNS milik Dyn pada Jumat 21 Oktober pukul 11.10 waktu setempat, dan berhasil dihentikan insinyur Dyn pada 13.20. Tapi kemudian serangan muncul kembali. 

"Kurang lebih pukul 15.50, serangan DDoS muncul lagi menyerang platfrom Managed DNS kami. Serangan ini didistribusikan dalam gaya yang lebih global. Pengguna yang terdampak merasakan layanan putus-putus serta terdapat peningkatan latensi secara global," jelas Dyn.

Kemudian, pada pukul 17.00, Dyn mengumumkan mampu mengurangi serangan dan layanan mereka bisa dipulihkan. 

Selangkah Lebih Maju dari Penjahat Siber

Serangan siber yang dilancarkan peretas itu menyebabkan matinya layanan internet di wilayah timur Amerika Serikat. Beruntung, para insinyur Dyn akhirnya bisa mengendalikan situasi dan sukses menangkal serangan tersebut. Jika tidak mampu mengendalikan serangan tersebut, maka akan makin menyebar ke wilayah lain di Negeri Paman Sam, bahkan sampai berdampak ke Eropa.  

Laporan Reuters menyebutkan, peretas melancarkan serangan dengan memanfaatkan ratusan ribu perangkat terkoneksi internet yang sebelumnya telah terinfeksi dengan kode program komputer berbahaya. Kode itu memungkinkan untuk menyebabkan matinya di AS dan Eropa, seiring penyebarannya.

Keamanan Siber Sudah Jadi Realita

"Kompleksitas serangan ini membuat kami sangat tertantang," kata Kepala Strategi Dyn, Kyle York, dikutip Reuters

Serangan ini menarik perhatian Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan Biro Penyelidik Federal (FBI). Kedua institusi pemerintah AS itu dilaporkan turun tangan menyelidiki serangan tersebut. 

OJK Luncurkan Panduan Resiliensi Digital untuk Bank Umum Hadapi Serangan Siber

Dalang serangan

Sejauh ini otoritas di Amerika Serikat maupun Dyn belum memberikan keterangan siapa dalang di balik serangan tersebut. 

Kabar yang muncul masih bersifat spekulatif. Ada yang menduga serangan DDoS tersebut memakai program komputer berbahaya, Mirai botnet yang dirilis oleh peretas dengan nama panggung Anna Senpai. Pada September lalu, Marai botnet mampu mengendalikan perangkat Internet of Things (IoT) misalnya kamera keamanan, router internet dan menginfeksinya dengan malware. 

Sementara soal motivasi serangan tersebut, muncul spekulasi ini terkait dengan pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Sebab kebetulan, beberapa hari lalu Assange yang sedang mencari suaka di Kedubes Ekuador di London sejak 2012, diputus akses internetnya. Pemutusan akses internet pendiri WikiLeaks itu terkait dengan bocornya email kandidat Presiden AS, Hillary Clinton. Pemutusan itu merupakan tekanan dari pemerintah AS kepada pemerintah Ekuador.

Nah, kemungkinan para pendukung Assange memprotes keputusan tersebut dengan menyerang Amerika Serikat. Namun sejauh ini, motivasi serangan di AS itu belum ada bukti terkait dengan Assange. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya