Dari Emping Melinjo, Sekolahkan Anak Hingga Perguruan Tinggi

Emping melinjo
Sumber :
  • Daru Waskita / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Hanya memanfaatkan buah melinjo untuk membuat makanan ringan bernama emping, ternyata mampu untuk membiayai hidup, bahkan menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi di Yogyakarta.

Semangat UMKM, Semangat Angkringan 66

Adalah Sukati (55), warga Dusun Tegalkenongo, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, yang merintis usaha pembuatan emping sejak tahun 1980 silam.

Ibu dari empat anak ini menceritakan awal mulanya merintis usaha emping melinjo, yang kini produknya dijual hingga berbagai kota di Indonesia. 

Analisis Motivasi Konsumen UMKM Superdecor.id untuk Strategi Pemasaran

Diawali dari keprihatinannya terhadap buah melinjo yang melimpah di Dusun Tegalkenongo, namun tidak dimanfaatkan secara maksimal dan hanya dijual buahnya saja, yang tentunya harga murah dibandingkan sudah menjadi produk emping.

"Saya kan asli Wonogiri (Jawa Tengah). Nah, di tempat asal saya, buah melinjo itu diolah menjadi emping yang harganya cukup mahal. Saya mencoba untuk memanfaatkan buah melinjo untuk dibuat emping," kata  Sukati, saat ditemui di rumahnya, Rabu 12 Oktober 2016.

Cerita Opie Kumis, Kegep Kawin Lagi hingga Disiram Sayur Asem Panas: di Mata Gue Ada Melinjo

Pada awal tahun 80-an, harga buah melinjo hanya Rp1.000 per kilogram (kg) dan harga emping melinjonya baru Rp3.000 dan cukup laris apalagi saat menjelang Lebaran.

"Dulu, uang Rp3.000 nilainya sangat tinggi, dibandingkan sekarang dan pemasarannya hanya di sekitaran rumah, atau diambil oleh pedagang pasar," ujarnya. 

Dalam perkembangannya hingga tahun 2000-an, harga bahan baku buah mencapai Rp60 ribu per kg.

"Untuk memenuhi bahan baku, saat ini tidak saja mengandalkan buah melinjo dari sekitar kampung, namun sudah sampai di luar Bantul, bahkan sampai Kulonprogo dan Sleman. Kita punya pedagang buah melinjo langganan," tuturnya.

Dalam sehari, Sukati mampu menjual minimal lima kilogram emping melinjo dan setiap kilogramnya mendapatkan keuntungan bersih Rp10 ribu. Sedangkan saat menjelang Ramadan, permintaan dalam bisa mencapai 500 kg.

"Ya, kalau keuntungan tinggal mengalikan setiap kilogram Rp10 ribu, dikalikan jumlah emping melinjo yang terjual. Kalau sebulan laku 150 kg tinggal mengalikan saja dengan Rp10 ribu," kata dia.

Emping rendah purin

Emping produksi dari Sukati ini juga terbilang istimewa, karena mengeluarkan produk emping rendah purin, sehingga tidak akan bermasalah jika dikonsumsi oleh penderita asam urat hingga darah tinggi.

"Kita bekerja sama dengan Universitas Ahmad Dahlan untuk menciptakan emping melinjo rendah purin," ujarnya.

Meski enggan membeberkan rahasia cara membuat emping melinjo rendah purin ini, namun emping rendah purin permintaannya cukup banyak, bahkan yang memesan adalah konsumen dari Jakarta hingga Bandung.

"Untuk emping melinjo rendah purin harganya Rp90 ribu per kg,” ujarnya.  

Pada saat permintaan banyak, ia pun mengaku harus menambah karyawan untuk mengolah emping melinjo. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya