Kerugian Samsung atas Krisis Galaxy Note 7
- Reuters/Beawiharta
VIVA.co.id – Samsung Electronics telah membatalkan produksi dan pendistribusian Galaxy Note 7 versi terbaru. Akibatnya, Samsung harus menelan kerugian tak hanya materi tapi juga reputasi perusahaan.
"(Kami) telah memutuskan untuk menghentikan produksi dan penjualan Galaxy Note 7 untuk mempertimbangkan keselamatan konsumen kami, itu yang pertama dan terpenting," ucap Samsung dikutip Reuters, Rabu, 12 Oktober 2016.
Galaxy Note 7 versi terbaru merupakan pengganti untuk Galaxy Note 7 original yang baterainya cacat hingga menyebabkan insiden terbakar dan meledak. Hal itu membuat Samsung menarik kembali (recall) 2,5 juta Galaxy Note 7 versi original secara global pada September 2016.
Namun, nyatanya Galaxy Note 7 versi pengganti yang dijamin aman oleh Samsung, malah punya masalah yang sama. Rentetan insiden Galaxy Note 7 versi pengganti yang terbakar terjadi di berbagai tempat. Tak ayal, peringatan dari regulator, operator, dan maskapai penerbangan atas insiden yang berulang itu terpaksa membuat Samsung menyetop penjualan Galaxy Note 7.
Reuters menuliskan, Samsung yang tidak cermat dalam mengontrol kualitas produk kelas premiumnya itu membuat perusahaan rugi materi dan reputasi nama besar Samsung jadi taruhannya.
Para pengamat mengatakan, Galaxy Note 7 seharusnya dapat menjual dan memberikan pendapatan sebesar US$17 miliar bagi Samsung. Dan, investor telah menarik hampir US$20 miliar pada nilai pasar Samsung di bursa saham terakhir, saat saham Samsung turun delapan persen. Penurunan itu merupakan yang terbesar bagi perusahaan Korea Selatan itu sejak 2008.
"Ini adalah pertama kalinya bahwa saya melihat penarikan kembali produk yang benar-benar buruk," ucap analis keuangan Richard Windsor.
Sejatinya, Galaxy Note 7 yang diluncurkan awal Agustus kemarin dapat bersaing, terutama untuk melawan iPhone 7 buatan Apple. Namun, ternyata persaingan tersebut tak tersaji dan Samsung tengah kewalahan dengan krisis Galaxy Note 7.
Samsung terancam
Samsung merupakan produsen smartphone terbesar di dunia, dengan pangsa pasarnya dua kali lipat dari Apple. Pada pertengahan tahun ini, Samsung mengapalkan 77,6 juta ponsel yang hanya terjadi selama kuartal dua saja.
Menurut Strategy Analytics, perusahaan asal Korea Selatan itu mengandalkan Galaxy Note 7, penerus Galaxy Note 5 yang sebelumnya penjualannya mencapai 15 juta unit selama empat kuartal terakhir sampai Juni tahun ini.
Dengan menghentikan penjualan Galaxy Note 7, Samsung dipandang bisa memanfaatkan kembali Galaxy S7 Edge yang memiliki layar lengkung, namun dengan harga yang lebih murah sejak pertama diluncurkan.
Sebab, bila tidak demikian, bisa saja raihan penjualan produk Samsung itu direbut oleh Apple melalui iPhone 7 dan Google yang baru saja meluncurkan Pixel. Tetapi, untuk merebut pasar Asia, tentunya harus smartphone berbasis Android.
"Mungkin kekosongan (produk Samsung) bisa diisi oleh rivalnya, Apple dengan iPhone 7 dan Google Pixel. Meskipun Oppo, Vivo, LG, dan Sony berpeluang untuk memanfaatkan celah tersebut," ucap Neil Mawston, seorang analis perusahaan riset Strategy Analytics.