Risiko Buruk Astronaut Sepulang dari Planet Mars
- REUTERS/NASA/JPL/Handout
VIVA.co.id – Peneliti dari University of California, Amerika Serikat menemukan astronaut yang kembali dari perjalanan ke Planet Merah akan berisiko terkena demensia kronis. Demensia merupakan penyakit yang diakibatkan penurunan daya ingat seseorang.
Kesimpulan itu disampaikan ilmuwan setelah menguji coba sebuah tikus. Uji coba dilakukan oleh para ilmuwan terhadap tikus yang dipapari radiasi partikel bermuatan.
Selama enam bulan pertama tikus terpapar radiasi tersebut, kemudian diukur perubahan sel-sel otak tikus. Peneliti menyimpulkan, partikel bermuatan menyebabkan kerusakan otak jangka panjang yang signifikan akibat terjadi gangguan kognitif dan demensia.
Seperti dilansir Wired, Senin, 10 Oktober 2016, salah satu peneliti Charles Limoli mengatakan, penyebab gangguan kognitif dan demensia tersebut karena paparan partikel bermuatan sangat energik, seperti partikel bermuatan dalam sinar kosmik. Selama di dalam pesawat antariksa, astronaut akan terkena paparan partikel tersebut.
“Ini bukan berita positif bagi astronaut. Lingkungan ruang angkasa menimbulkan bahaya yang unik bagi astronaut. Paparan partikel-partikel ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi sistem saraf pusat, yang dapat terjadi selama dan bertahan setelah perjalanan ruang angkasa yang sebenarnya,” ujar Limoli.
Efek lainnya adalah penurunan kinerja, defisit memori, kecemasan, depresi dan gangguan pengambilan keputusan.
Sebelumnya, tikus dibawa ke dalam Ruang Laboratorium Radiasi Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) di Brookhaven National Laboratory, New York. Selama enam bulan tikus terpapar partikel bermuatan oksigen terionisasi penuh dan titanium.
Setelah itu, tikus kemudian dibawa ke University of California untuk diteliti lebih lanjut, seluruh efek yang ditimbulkan termasuk demensia, karena terjadi peradangan otak dan kerusakan saraf. Secara khusus, pencitraan mengungkapkan terjadi pengurangan dendrit dan duri pada saraf.
Hal itu menunjukkan, jaringan saraf otak telah rusak dan penurunan dendrit mengganggu transmisi sinyal antara sel-sel otak.