Semen Indonesia Bangun Pabrik di Bekas Pertempuran GAM
- Istimewa
VIVA.co.id – PT Semen Indonesia (Persero) terus berinvestasi membangun pabriknya di pelosok Indonesia. Kali ini, perseroan menggelontor dana investasi senilai Rp5 triliun untuk pabrik semen di Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Nangroe Aceh Darusalam.Â
Kepala Biro Komunikasi Perusahaan PT Semen Indonesia, Sigit Wahono, mengatakan, saat ini pabrik baru di Aceh sudah masuk dalam tahap konstruksi. Di mana lahan seluas 1.500 hektare untuk tambang dan pabrik telah 100 persen dibebaskan.
"Lahan pabrik kita di Aceh dulu merupakan medan perangnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Proyek ini kita join dengan partner lokal, " jelas Sigit di Semarang, Sabtu, 8 Oktober 2016.
Pabrik baru ini merupakan join kerja sama perseroan dengan perusahaan lokal di provinsi itu yakni PT Samana Citra Agung, dengan saham 88 persen miliki Semen Indonesia dan sisanya milik PT Samana.Â
"Pembebasan lahan sudah dilakukan PT Samana sejak 1996. Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) kini juga sudah selesai. Untuk peralatan dan vendornya kita datangkan dari Gresik, " ujarnya.
Sesuai rencana, pabrik semen yang diberi nama PT Semen Indonesia Aceh ini akan beroperasi pada 2020. Diperkirakan kawasan bekas medan tempur GAM itu akan menghasilkan tiga juta ton semen per tahun dan baru akan habis dalam kurun waktu 50 tahun.Â
Selain itu, konsep pabrik ini juga akan menggunakan teknologi termutakhir dan ramah lingkungan. Indeks Energi yang dibutuhkan pada pabrik semen tersebut lebih rendah dibanding di daerah lainnya.
Pabrik ini juga dinilai aman karena tidak menggunakan sistem blasting atau pengeboman dan getaran saat menambang.
"Di samping itu emisi debu di pabrik semen di Aceh itu menggunakan filter berupa kantong bag house, sehingga tidak tergantung pasokan listrik dan tidak membutuhkan energi yang tinggi, " jelas Sigit.
Sigit menambahkan, pabrik semen yang dibangun di kawasan Pidie tersebut untuk memenuhi pasar di Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau.
"Sebagian besar memang untuk dalam negeri. Tapi karena Aceh menghadap ke laut ke depan kita bisa suplai melalui pelayaran Asia Selatan, Asia Tenggara seperti Myanmar, " ujarnya.
Berdirinya pabrik ini juga diklaim mampu menyerap banyak tenaga lokal di Aceh. Untuk pekerjaan proyek pabrik kini membutuhkan 3.000 orang tenaga kerja. Sementara untuk pekerja operasional 300 orang, pekerja pendukung sebanyak 1.700 orang.
"Total setelah operasi akan menyerap 2.000 pekerja. Tentunya kita akan banyak memanfaatkan tenaga lokal masyarakat setempat, " imbuh dia.Â