Bangun Bandara di Yogya, AP 1 Gandeng Budayawan
VIVA.co.id – PT Angkasa Pura I (Persero) mengaku melibatkan para pemangku kepentingan budaya di Yogya, dalam proses pembuatan master plan, arsitektur, dan desain Bandara Baru Internasional Yogyakarta di Kulonprogo.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Sulistyo Wimbo. S. Hardjito mengatakan saat ini, tengah berupaya melakukan pembangunan yang inklusif dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan menjadikan esensi perkembangan budaya di Yogyakarta, sebagai salah satu acuan pada pembangunan Bandara Baru Internasional Yogyakarta.
“Yogyakarta memiliki nilai historis dan budaya yang beragam dan mendalam, sehingga esensi nilai-nilai tersebut perlu dipahami agar dapat diimplementasikan dan disesuaikan dengan perkembangan kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal pembangunan infrastruktur,” kata Sulistyo dalam keterangan tertulisnya, Jumat 7 Oktober 2016.
Ia mengatakan, sebelum melakukan pembangunan, pihaknya perlu memahami lebih dalam esensi dan perkembangan budaya masyarakat Yogya, dan sekitarnya untuk dijadikan sebagai acuan dalam rangka persiapan pembuatan master plan, arsitektur, dan desain Bandara Baru Internasional Yogyakarta.
“Membangun bandara bukan sekedar membangun sarana transportasi udara, namun juga bagian dari upaya membangun peradaban baru. Kulonprogo akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar bandara," katanya.
Sulistyo mengatakan, pihaknya akan mewujudkan konsep pengembangan kawasan yang belum pernah ada di Indonesia, yaitu aerocity yang mengadopsi dan menghargai kearifan lokal.
"Karena itu, kami meminta masukan dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat di Yogyakarta, dan sekitarnya, agar dapat mewujudkan pembangunan kota bandara yang membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat di Yogyakarta pada umumnya dan Kulonprogo pada khususnya,” kata Sulistyo.
Sekadar informasi, pihak yang diundang pada forum diskusi berasal dari kalangan budayawan, pekerja seni, antropolog, dan sejawaran yang asli dan tinggal di Yogyakarta. Para pembicara tersebut, yaitu Juki (Kill The DJ) dan Djaduk Ferianto dari kalangan pekerja seni. (asp)