Yahoo Sadap Pengguna, Ini Jalan Terbaik untuk Indonesia
- REUTERS/Denis Balibouse
VIVA.co.id – Kabar Yahoo memata-matai ratusan juta akun email penggunanya menjadi perhatian dari pengamat keamanan Indonesia.Â
Sebab, Yahoo santer dikabarkan memberikan data pengguna email Yahoo untuk memenuhi permintaan dari lembaga negara yaitu Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) dan Biro Penyelidik Federal (FBI).
Pendiri Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama D. Persadha mengatakan, aktivitas ilegal dengan memata-matai pengguna digital yang dilakukan oleh negara sudah sering dilakukan.
"Praktik spionase semacam ini memang semakin banyak dilakukan oleh negara-negara. Mengingat semakin besarnya ketergantungan masyarakat dunia untuk berkomunikasi lewat dunia maya," kata Pratama dalam pesan singkat kepada VIVA.co.id, Kamis 6 Oktober 2016.Â
Mengingat praktik ilegal tersebut bisa kapan saja muncul dan menjadikan pengguna sebagai korban, dia menyarankan, agar pemerintah Tanah Air segera sigap dengan mengamankan jalur komunikasi.Â
"Jalan terbaik khususnya bagi aparat pemerintah di Tanah Air adalah melengkapi diri mereka dengan aplikasi email, voice, chat maupun SMS yang terenkripsi," kata pria yang pernah mengabdi di Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) selama 19 tahun itu.
Langkah tersebut, kata pria kelahiran Blora itu, merupakan hal yang penting, agar setiap usaha penyadapan yang dilakukan oleh asing bisa gagal karena tidak informasi yang diinginkan dikunci dengan enkripsi.
Sebelumnya, kabar Yahoo memata-matai ratusan juta pengguna email Yahoo sudah dikonfirmasi mantan kepala sistem keamanan Yahoo, Alex Stamos. Pada 2015, Stamos menemukan ada lubang yang membuat ratusan juta akun email Yahoo bisa dilihat dan diambil datanya. Awalnya dia mengira biangnya adalah para peretas, tapi ternyata belakangan, setelah diselidiki lebih jauh, ada pesanan khusus dari NSA dan FBI.
Chief Executive Officer (CEO) Yahoo, Marissa Meyer dituding sebagai figur yang memberikan akses pada NSA dan FBI.Â
Belakangan, hal ini yang membuat Stamos memutuskan keluar dari Yahoo dan kini menjabat sebagai kepada sistem keamanan pada Facebook.
Kabar praktik mata-mata Yahoo itu mengkonfirmasi pernyataan mantan kontraktor NSA, Edward Snowden, yang pada ajang teknologi internet CeBIT 2014 di Jerman yang mengatakan, bakal ada peningkatan cukup serius pada kegiatan mata-mata oleh negara. Kegiatan mata-mata yang dimaksud salah satunya adalah dengan peretas di dunia maya.
Amerika Serikat sejak 2008 sudah melakukan amandemen pada Foreign Surveillance Act, undang-undang yang mengharuskan korporasi telekomunikasi dan internet untuk membuka akses data pada pemerintah, dalam hal ini aparat intelijen dan keamanan.Â
Snowden menyebutkan, hal tersebut sebagai program PRISM, yang mana intelijen AS mengumpulkan data sebanyak mungkin bersama negara sekutunya lewat internet.
Sampai sekarang belum diketahui data macam apa yang dicari oleh NSA dan FBI di Yahoo. Usai kabar ini berhembus, raksasa teknologi AS lainnya seperti Microsoft, Google, Twitter dan Facebook mengaku belum pernah mendapatkan permintaan yang sifatnya rahasia tersebut dari pemerintah AS. Mereka sendiri mengaku tidak akan mengikuti bila benar-benar diminta.
(mus)