Detik-detik Terakhir Puing Roket Falcon 9 Jatuh di Sumenep
- ekliptika.wordpress.com/Ma'rufin Sudibyo
VIVA.co.id – Sampah antariksa yang jatuh di Sumenep, Madura pada awal pekan ini menjadi perhatian bagi peminat astronomi.
Dalam identifikasi empat benda antariksa yang ditemukan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yakin sampah antariksa tersebut merupakan bagian dari roket Falcon 9 milik perusahaan antariksa swasta, SpaceX.
Astronom amatir, Muh Ma'rufin Sudibyo mengatakan, berbekal data yang tertera dalam katalog North American Aerospace Defence Command (NORAD) dan Joint Space Operation Center (JSpOC) yang meneliti elemen orbit roke ekas bernomor 41370 itu, dia bisa memperkirakan bagaimana detik-detik terakhir roket bekas tersebut jatuh ke Pulau Madura.
Dalam tulisan di blognya, dikutip Jumat 30 September 2016, Ma'rufin mengatakan, elemen orbit terakhir yang dicatat JSpOC yaitu 2,5 jam sebelum roket bekas itu masuk kembali ke atmosfer. Pada saat ini orbit roket bekas itu telah berubah dramatis menjadi 92 km (perigee) x 788 km (apogee).
Perigee merupakan titik terdekat ke paras Bumi dan apogee merupakan titik terjauh ke paras Bumi.
Ma'rufin menuliskan, benda langit buatan yang mengorbit Bumi pada orbit rendah mengalami gangguan permanen dari atmosfer Bumi, akibat pergesekan dengan molekul udara.
Pergesekan itu membuat orbit benda langit buatan berubah gradual, bisa dilihat dari titik apogee dan setengah sumbu orbit utamanya. Biasanya, kata Ma'rufin, apogee mengecil secara dramatis sedangkan perigee relatif tetap.
"Sehingga orbit benda langit buatan pada dasarnya kian mendekati lingkaran sempurna," kata dia yang sebelumnya mengatakan orbit roket bekas itu tersebut lonjong.
Benda langit buatan masuk kembali ke atmosfer Bumi umumnya setelah menyentuh ketinggian 104 kilometer atau lebih rendah lagi dari paras Bumi. Pada ketinggian ini lapisan udara Bumi mulai lebih padat dan gesekan molekul udara yang membuat objek langit menembus atmosfer.
"Titik saat orbit benda langit tepat menyentuh ketinggian 104 kilometer itu disebut titik X atau reentry interface," jelasnya.
Dalam konteks roket belas bernomor 41730, menurut catatannya, objek itu menghampiri titik X pada suatu titik di sebelah utara Pulau Natal (Australia), atau 950 kilometer barat daya Sumenep. Berikut detik-detik jatuhnya puing roket Falcon 9 berdasarkan analisis Ma’rufin Sudibyo:
1. Pada titik X itu, roket bekas melaju secepat 7,85 km/detik atau 28.200 km/jam.
2. Dari titik X, roket bekas itu mengalami penurunan ketinggian secara drastis. Pada jarak 750 km barat daya Sumenep, ketinggian menyentuh 80 km.
3. Roket bekas menjadi sangat diperlambat, puncak pelambatan melampaui 20 kali percepatan gravitasi standar. Roket mulai terpecah belah dan menghancur di ketinggian ini.
4. Tekanan dan suhu yang sangat tinggi membuat molekul terionisasi, Maka memancarkan cahaya khas. Suhu sangat tinggi membuat sebagian besar pecahan, khususnya logam, meleleh dan menguap.
5. Sisa-sisa roket bekas itu mulai masuk ruang udara di atas daratan Pulau Jawa pukul 09:23:05 WIB atau hampir 1,5 jam usai melewati titik X. Pada momen ini sisa roket bekas ada di ketinggian 35 km di atas kompleks gunung berapi purba Pantai Wediombo, ujung tenggara Kabupaten Gunung Kidul.
6. Tiga belas detik kemudian, sisa roket bekas sudah melesat di atas Provinsi Jawa Timur, di atas Kota Ponorogo pada ketinggian 28 km. Sisa roket makin menurun.
7. Dua puluh satu detik kemudian, sisa roket sudah sampai di atas kota Kediri bagian utara, ketinggian berkurang jadi 21 km.
8. Setengah menit kemudian, sisa roket sudah di atas Kota Sidoarjo, di ketinggian 4 km.
9. Hembusan angin dari samping sisa roket meniup sampah antariksa ini lebih ke timur dari proyeksi lintasan sebelumnya, yaitu pesisir Prenduan, Sumenep. Tapi karena dorongan angin itu,lintasannya mengarah ke Giliraja.
10. Dari perspektif aerodinamika, fragmen terbesar dari sisa roket jatuh di Pulau Giliraja, fragmen kecil dan lebih ringan terdorong jauh ke timur laut hingga 250 km.
Ilustrasi titik X puing roket Falcon 9 saat di Pulau Natal Australia (ekliptika.wordpress.com)