Deepwater Horizon, Kisah Nyata Ledakan Dahsyat Kilang Minyak
- Summit Entertainment
VIVA.co.id – Laut menyimpan segala misteri, keindahan, kekayaan sampai ancaman bagi siapa saja yang meremehkan. Tak jarang hal itu pula yang menginspirasi insan film untuk menumpahkannya ke layar lebar, salah satunya film Deepwater Horizon.
Peter Berg selaku sutradara mengangkat kisah nyata yang disebut sebagai tragedi kebakaran kilang minyak terburuk di Amerika Serikat pada April 2010 silam. Cerita akan fokus pada tokoh utama, Mike Williams (yang diperankan Mark Wahlberg). Mike yang berprofesi sebagai bagian kelistrikan di Deepwater Horizon, kilang minyak besar yang sedang uji coba kala itu, harus meninggalkan sementara istri dan anaknya untuk bertugas.
Tanda-tanda ada sesuatu yang akan terjadi sudah dimulai sebelum Mike sampai ke Deepwater Horizon. Salah satu tanda tersebut terlihat saat Mr. Jimmy (atasan Mike yang diperankan Kurt Russel) memperingati salah satu orang yang akan ikut ke Deepwater Horizon. Jimmy meminta orang itu mencopot dasinya karena berwarna magenta yang berarti warna terburuk dalam sistem alarm di kilang minyak.
Saat Mark dan istrinya berpisah, dialog banyak berisikan istilah dan bagaimana bekerja dalam sebuah kilang minyak. Meski beberapa dialog membuat orang mengernyitkan dahi, penonton tak dibuat bosan. Sutradara berhasil mengajak penonton larut dalam adegan mengelilingi kilang minyak dan membuat mengerti bagaimana mereka beroperasi sebelum berhasil menyedot kekayaan bumi.
Jimmy merupakan pimpinan yang disegani dan baru saja mendapat penghargaan karena tujuh tahun bertut-turut mampu ‘menangani’ kilang minyak tanpa insiden. Sayangnya diproyek kali ini ia harus bertemu dengan Donald Vidrine (yang diperankan oleh John Malkovich).
Entah baru kali pertama mengerjakan proyek semacam ini atau ingin cepat mengeruk minyak, Vidrine selalu memberi tekanan kepada tim Jimmy. Vidrine membuat semua terlihat baik-baik saja hingga kecelakaan fatal terjadi.
Saat kilang minyak terbakar, Peter berhasil menyorotnya dari berbagai sisi, di hampir setiap ruangan. Jangankan darah, tulang yang keluar dari dagingnya juga diperlihatkan di sini, menggambarkan betapa mengerikannya kejadian tersebut kala itu.Â
Adegan kilang minyak terbakar memang jadi klimaksnya. Lebih kurang selama sepuluh menit penoton akan melihat para kru yang berusaha bertahan hidup dari letupan api yang dahsyat tersebut. Maka tak heran bila film ini dapat standing ovation saat diputar pertama kali di Toronto Film Festival dan apresiasi yang baik dari The Hollywood Reporter.
"Kekerasan dan pertahanan lebih diperlihatkan dalam karakterisasinya di sini daripada nuansanya itu sendiri dan semua orang menyampaikannya seperti apa yang diminta. Dari alat-alatnya dan sudut pandang teknis, film ini tak lain sangat mulus. Kredit juga untuk pengerjaan yang sangat hati-hati agar menghindari tampilan CGI," tulis THR.
Bagi warga Amerika, film ini mungkin mempunyai ikatan emosi tersendiri. Tapi di luar negara tersebut, hanya ada beberapa daya tarik selain adegan ledakan maha dahsyat, yakni pesona di balik film dan kerjasama kembali antara Peter Beg dan Mark Wahlberg yang sebelumnya pernah terjadi di Lone Survivor.