Banjir Garut, Wujudkan Sistem Cerdas Peringatan Dini Banjir
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA.co.id – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan rangkaian bencana banjir yang menerpa beberapa daerah telah menjadi bukti Indonesia membutuhkan sistem peringatan dini bencana banjir.
Untuk itu, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto menuturkan, bencana banjir memerlukan penanganan yang lebih mumpuni.
"Utamanya, kita sangat membutuhkan sistem peringatan dini bencana banjir," ujar Seto dalam keterangan tertulisnya kepada VIVA.co.id, Senin 26 September 2016.
Seto mengatakan, BPPT telah mengembangkan model prediksi hujan dengan cukup baik, melalui teknologi modifikasi cuaca yang salah satu fungsinya untuk mengurangi curah hujan.
Untuk itu Seto menuturkan, rangkaian bencana banjir ini, harus menjadi momen bagi semua institusi untuk bersama-sama membangun sebuah sistem cerdas peringatan dini bencana banjir dan longsor.
Seto yang juga menjadi Ketua Pokja Cuaca Ekstrim Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) itu mengungkapkan, beberapa institusi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) memiliki sistem peringatan dini yang diterapkan di beberapa daerah. Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga memiliki banyak data banjir.
"Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral memiliki peta rawan longsor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga melakukan studi kerawanan longsor. Saat ini masing-masing institusi telah memasang peralatan semacam ini dalam jumlah yang tidak signifikan dan kurang saling koordinasi. Sehingga secara nasional tidak banyak memberikan kontribusi. Butuh sinergi agar tercipta sistem peringatan dini nasional bencana banjir yang terpadu," jelas Seto.
Seto berpandangan, sistem cerdas peringatan dini banjir, harus segera disusun dengan cepat dengan melibatkan semua lembaga yang telah disebutkan di atas. Secara rinci, Seto menguraikan langkah untuk mewujudkan sistem cerdas itu,
Pertama, membuat pusat data, informasi, prediksi, dan operasi yang dilengkapi dengan peralatan canggih dan sistem komputasi berkecepatan tinggi.
Kedua, setiap pagi dilakukan running secara otomatis model prediksi hujan di Indonesia untuk 24 jam ke depan. Agar cukup detail, untuk wilayah Indonesia dibagi menjadi sekitar enam wilayah. Ini dilakukan secara otomatis.
Ketiga, jika ada daerah yang diperkirakan akan terjadi hujan tinggi dalam 24 jam ke depan, maka akan muncul peringatan dini. Ini juga bisa dilakukan secara otomatis.
Keempat, deteksi peringatan dini tersebut diteruskan ke daerah secara otomatis melalui aplikasi pesan instan dan atau surat elektronik kepada pemangku kepentingan di daerah, terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Tujuannya agar daerah secara intensif memantau perkembangan cuaca menggunakan data satelit yang update per 10 menit plus data radar BMKG yang nyaris real time.
Kelima, pemerintah daerah menyampaikan kepada masyarakat atas sistem distribusi informasi peringatan dini bencana banjir ke masyarakat.
Seto menuturkan, informasi prediksi hujan ini harus dipadukan dengan peta rawan banjir dan atau rawan longsor. Juga informasi prediksi tinggi gelombang untuk daerah-daerah yang rawan banjir rob.
"Namun sebagai langkah awal, sangat penting dan segera bagi kita untuk memiliki sistem nasional peringatan dini bencana banjir," ujarnya.
Musibah banjir beruntun belum hilang rasanya dari ingatan. Belum lama terjadi banjir di Kemang, Jakarta Selatan yang menyebabkan kerugian puluhan miliaran, bencana banjir yang lebih dahsyat kembali melanda Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota, pekan lalu. Bencana ini bahkan menyebabkan puluhan jiwa meninggal dunia dan ratusan rumah terendam banjir.